Samarinda (ANTARA) - Dr Mislan, staf pengajar Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, merekomendasikan ke pemerintah untuk melakukan restorasi guna mempertahankan dan meningkatkan daya dukung Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus.
"Restorasi terhadap Sub-DAS Karang Mumus harus dilaksanakan mulai dari tataran perencanaan, kegiatan, monitoring dan evaluasi yang dapat dimulai melalui kesepakatan dan pembagian peran dengan para pihak terkait," ujar Mislan di Samarinda, Jumat.
Restorasi secara rinci mulai dari aspek aksi restorasi lahan, air, sosial, ekonomi, budaya, kebijakan, dan kelembagaan harus dilaksanakan secara seimbang dan berkelanjutan.
Ia meyakini jika rencana aksi restorasi Sub-DAS Karang Mumus dijalankan dengan komitmen tinggi, maka ketahanan air akan semakin tinggi pula.
Di Kaltim, katanya, terdapat banyak das yang mengalami kerusakan dan mendesak dipulihkan, salah satunya Sub-DAS Karang Mumus yang kerusakannya antara lain ditandai luas lahan kritis mencapai 9.106 hektare (ha) dari total luas DAS 32.196,3 ha, meningkatnya intensitas banjir dan status mutu air di kelas II yang cenderung menurun ke kelas III.
Kerusakan Sub-DAS Karang Mumus disebabkan oleh pembukaan lahan besar-besaran seperti penebangan liar, pertambangan, perluasan permukiman, hilangnya daerah retensi banjir (daerah rawa), okupasi daerah sempadan, dan pengelolaan limbah yang belum optimal.
"Kerusakan Sub-DAS Karang Mumus telah menyebabkan meningkatnya kejadian banjir, pendangkalan sungai, penurunan kualitas air, penurunan keanekaragaman hayati, serta memburuknya kualitas lingkungan di daerah permukiman," katanya.
Kejadian banjir di Sub-DAS Karang Mumus meningkat akibat meningkatnya jumlah limpasan air, menurunnya daya tampung daerah retensi banjir, berkurangnya kapasitas sungai dan saluran drainase.
"Kondisi ini diperparah oleh pengaruh tinggi pasang Sungai Mahakam dan meningkatnya intensitas hujan. Sedangkan pendangkalan sungai di Samarinda akibat meningkatnya sedimentasi dari pembukaan lahan permukiman dan pertambangan yang tidak terkendali," ucap Mislan