Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Jika saja tidak ada gelaran Pesta Danau 2013 yang berlangsung di Desa Melintang Kecamatan Muara Wis Kutai Kartanegara belum lama ini, tampaknya tradisi Beleongan akan semakin terlupakan.
Beleongan merupakan tradisi leluhur nelayan Danau Melintang yang menitikan beratkan kerja sama dalam mencari ikan, dengan cara melontar jala secara beruntun hampir bersamaan, melibatkan sedikitnya 10 hingga 60 orang bahkan lebih.
Desa Melintang berada di bantaran Sungai Melintang yang merupakan alur utama keluar-masuk arus air Danau Melintang. Di desa ini kebanyakan atau 97 persen warganya adalah nelayan yang biasa mencari ikan di Danau dan Sungai Melintang.
Dalam kegiatan Pesta Danau 2013 lalu berbagai kegiatan dilakukan mulai lomba dan bakti sosial, pentas hiburan hingga diskusi serta seminar yang semuanya berkaitan dan bernuansa danau, sungai dan lingkungannya.
Namun dari sejumlah mata acara itu ada satu yang bersifat eksebisi atau sekadar pertunjukan yaitu tradisi Beleongan.
Pertunjukkan Beleongan ini, menurut Koordinator Pelaksana Pesta Danau 2013 Mislan, Beleongan tidak dilombakan tetapi hanya sekadar pertunjukan atau ekshibisi, karena tradisi Beleongan kini tidak lagi dilakukan nelayan setempat.
"Terutama setelah banyak nelayan lebih mengadopsi teknologi alat tangkap ikan yang semakin bervariasi dan canggih," katanya.
Pertunjukkan Beleongan ini dimaksudkan hanya sebatas mengedukasi generasi muda agar mereka tetap mempertehankan kearifan local ini karena sangat ramah lingkungan.
"Sekaligus sarana mengenang para leluhur nelayan Danau Melintang mencari ikan di zaman dahulu," katanya.
Sementara tetua nelayan Danau Melintang Kai Nanang saat ditemui usai melakukan tradisi Beleongan mengatakan bahwa dirinya masih ingat betul jika kakeknya yang juga nelayan bersama teman-temannya melakukan Beleongan.
Tradisi Beleongan menurutnya adalah upaya nelayan setempat menangkap ikan secara efektif dan efisien namun memberikan hasil berupa ikan yang diperoleh dalam jumlah yang lebih banyak.
Beleongan dilakukan dengan menabar jala secara beruntun dan bersamaan sesuai komando atau aba aba yang diberikan oleh pimpinan Beleongan. Peserta Beleongan sedikitnya harus 10 orang, 5 orang di kiri dan 5 lainnya di sebelah kanan dari alur yang biasa dilalui ikan.
Dengan demikian ikan terkepung dan tetap berada di tengah alur. Dikatakan jika anggota Beleongan lebih dari 10 itu lebih baik karena hasil tangkapan ikan tentunya akan lebih banyak lagi.
Menurut Kai Nanang, hasil akhir dari tradisai Beleongan berupa ikan akan dibagi rata setiap anggota Beleongan, kecuali untuk pimpinan Beleongan jumlahnya lebih dari rata rata yang diterima anggota.
"Karena dia mampu menduga kapan ikan berkumpul dan saat bersamaan memberikan aba aba agar jala segera ditebar," ujarnya.
Setelah tradisi Beleongan ini dipertunjukan, apakah generasi kini ke depan akan tetap mempertahankannya. Kita tunggu di Pesta Danau 2014. (*)
Beleongan: Tradisi Nelayan Melintang Yang Nyaris Terlupakan
Senin, 2 September 2013 4:41 WIB