Pontianak (ANTARA) - Tanaman sorgum atau Sorghum bicolor L. banyak dibudidayakan petani di kawasan timur Indonesia, termasuk petani di Kalimantan Barat karena memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan produk olahan lainnya.
Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Badan Litbang Pertanian mengutip dari berbagai sumber menyebutkan tanaman sorgum merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur. Tanaman ini bisa sampai ke Indonesia karena dibawa oleh Pemerintah Belanda saat zaman kolonial tahun 1925. Perkembangan tanaman ini di Indonesia baru kelihatan tahun 1940.
Tanaman sorgum memiliki ciri-ciri fisik berbatang hijau berbentuk tabung dengan buku-buku, tumbuhnya tegak bisa mencapai 4-5 meter. Daunnya panjang dan meruncing di bagian ujung serupa tanaman jagung. Sorgum juga merupakan tanaman satu keluarga dengan padi, gandum, hanjeli, dan jagung.
Tanaman sorgum memiliki adaptasi yang luas dan toleran terhadap kekeringan. Hal ini menjadi alasan mengapa tanaman ini dapat menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Negara penghasil utama sorgum saat ini adalah Amerika, Argentina, China, India, Nigeria, dan beberapa negara Afrika Timur, Yaman, dan Australia.
Sedangkan di Indonesia, Kementerian Pertanian RI melalui laman resmi mengungkapkan pada tahun 1970 sorgum mulai banyak dibudidayakan. Lokasi budidaya meliputi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu kisaran 20-30 derajat celsius, kelembaban rendah dan curah hujan 400-600 milimeter. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah di wilayah Indonesia.
Karena itu pula, tanaman yang banyak manfaatnya ini atau disebut sebagai tanaman serbaguna, kian dilirik petani-petani di Kalbar.
Sorgum di Kalbar
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar saat ini baru mencatat ada tiga daerah yang petaninya telah melakukan budi daya sorgum, yakni di Kabupaten Mempawah, Bengkayang, dan Sanggau.
Luas lahan pembudidayaan tanaman ini bervariasi. Ada yang baru melakukan uji coba pada lahan seluas 0,25 hektare, ada yang sudah menanam hingga 5 hektare, dan ada yang sudah menanam pada lahan seluas 7 hektare.
Salah satu lokasi penanaman sorgum berada di perbatasan Indonesia-Malaysia yakni Dusun Nekan, Desa Nekan, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.
Usaha pembudidayaan tanaman ini dilakukan kelompok petani anggota Koperasi Konsumen Batas Negeri Indonesia di lahan seluas 0,25 hektare. Petani membentuk dua demplot ukuran 25 meter x 25 meter. Saat ini yang baru dipanen satu demplot dengan hasil 500 kilogram sorgum untuk satu kali panen.
Untuk panen kedua pada usia 50 hari diperkirakan akan menghasilkan 1.000 kilogram sorgum. "Sehingga dengan dua demplot bisa menghasilkan 2.500 kilogram," kata Wahyu Wiyadati, penggagas uji coba tanaman sorgum di Entikong.
Dia menyatakan mulai menanam sorgum pada bulan Juli dan bisa memanen pada akhir Oktober lalu. Varietas yang ditanam adalah Sorgum Bioguma, merupakan varietas unggul (VUB) yang dapat ditanam di tanah kering dan tahan panas.
Varietas ini tampaknya cocok untuk lahan pertanian di Entikong yang cenderung kering dan cuaca yang panas khas khatulistiwa.
Wahyu menyatakan tertarik membudidayakan sorgum karena tanaman ini memiliki usia pendek, bisa sampai tiga kali panen dalam satu kali masa penanaman hanya dalam waktu tujuh bulan.
"Ini (sorgum) menjadi pangan alternatif pengganti beras," kata pengelola koperasi perbatasan itu, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Uji coba baru dilakukan pada lahan seluas 0,25 hektare dengan melibatkan ibu-ibu petani anggota koperasi itu. Saat ini koperasi tengah menyiapkan lahan seluas 25 hektare untuk pengembangan lebih lanjut, mengingat minat yang besar dari masyarakat untuk mengembangkan tanaman ini.
Dari hasil panen sorgum, anggota koperasi mengolahnya menjadi bahan pangan berupa beras sorgum, nasi goreng sorgum, kopi sorgum, dan es sorgum. Sorgum menjadi alternatif pangan sehingga untuk kenyang tidak hanya mengonsumsi nasi.
Dia mengharapkan adanya bentuk pelatihan, peralatan, dan pemasaran produk dengan penekanan langsung bermitra dengan koperasi. "Jika pasar sudah jelas, petani siap menanam yang lebih luas lagi," katanya memberi jaminan.
Potensi pengembangan
Peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Dr Uray Suci YVI, menyatakan prospek pengembangan tanaman sorgum di Kalbar cukup bagus mengingat tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bisa dijadikan alternatif pengganti gandum.
"Sorgum memiliki kelebihan karena mengandung lebih sedikit gluten (protein) dibanding gandum," kata dosen Ilmu Tanah itu.
Dia menjelaskan, terlalu banyak makan bahan pangan bergluten tidak baik untuk kesehatan, karena dapat menyebabkan celiac disease atau penyakit autoimun yang gejalanya muncul karena mengonsumsi gluten (protein dalam gandum). Sorgum bisa sebagai pangan alternatif untuk diet.
Namun sorgum belum akrab di Kalbar karena masyarakat sudah biasa dengan gandum yang hasil olahannya lebih elastis dibanding sorgum.
Terkait kondisi tanah di Kalbar, dia mengatakan tanahnya bersifat asam dengan pH kurang dari 4. Sedangkan sorgum dapat tumbuh baik di daerah ber-pH 5,5-6 atau netral. Karena itu, untuk budidaya sorgum harus diberi amelioran yang dapat meningkatkan pH tanah.
"Bisa lumpur laut, dolomit atau bahan-bahan lain. Pemberian bahan organik juga sangat penting untuk menambah hara," kata dia menambahkan.
Untuk pengembangan di Kalbar, perlu ada penambahan bahan organik seperti kotoran hewan, pemupukan dan penambahan bahan peningkat pH tanah. Ada beberapa literatur menyatakan sorgum bisa tumbuh baik di daerah khatulistiwa.
Sementara dari sisi lahan, Kasi Serealia Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Suyatno, menyatakan sorgum sangat potensial dikembangkan di Kalbar karena lahannya yang masih sangat luas.
Tanaman sorgum juga bisa dikembangkan di lahan pekarangan, namun yang penting tanahnya subur, tidak ada genangan air dan tidak terlindung oleh tanaman lain yang lebih tinggi.
Dia mengatakan, tanaman ini sudah diusahakan oleh Kelompok Tani Bunga Mekar Jaya Desa Sungai Bakau Kecil, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah.
Kelompok tani itu sudah mengolah sorgum menjadi tepung dan dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti tape, kue bronis, cucur, dan nasi sorgum yang rasanya enak sekali. Menurut manfaatnya, sorgum dapat diolah menjadi beras, gandum, bioetanol, gula aren, kopi moka, pupuk, dan pakan ternak.
Pendataan secara khusus mengenai pembudidayaan tanaman ini di Kalbar belum ada, karena tanaman sorgum belum masuk dalam data Badan Pusat Statistik (BPS).
"Tetapi daerah yang sudah pengembangan sorgum di Mempawah sekitar 2 hektare, Sanggau informasinya ada sekitar 5 sampai 7 hektare dan di Bengkayang sekitar 5 hektare," kata dia lagi.
Tanaman sorgum di Kalbar merupakan tanaman swadaya petani setempat. Tetapi melihat antusiasme yang cukup tinggi dari petani dalam diversifikasi pangan melalui budidaya sorgum, Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar sudah berkoordinasi dengan Direktorat Serealia untuk pengembangan sorgum di Kalbar pada tahun 2022.
"Rencananya akan dikembangkan di Kabupaten Mempawah," kata Suyatno.
Untuk pemeliharaan tanaman sorgum, prosesnya hampir sama dengan tanaman jagung. Jika petani sudah biasa menanam jagung, sangat mudah untuk pemeliharaan sorgum.
Tetapi yang penting lokasi lahan tanahnya subur, tidak tergenang air dan tidak terlindung oleh tanaman lainnya yang lebih tinggi. Sebenarnya tanaman sorgum merupakan tanaman untuk daerah marginal.
Produktivitas sorgum di Kalbar saat ini baru sekitar 3-4 ton/hektare. Sedangkan potensi produksi dapat mencapai 8-9 ton/hektare.
Jika hasil produksi masih rendah di bawah standar, dapat ditingkatkan dengan teknis budidaya yang lebih baik terutama pemupukan yang cukup dari sejak tanam. Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos dan pengendalian gulma.
Prospek pengembangan sorgum di Kalbar penuh harapan. Produktivitas yang cepat, tiga kali panen dalam satu kali penanaman selama tujuh bulan, hendaknya mendapat dukungan pemerintah dengan terbukanya pasar untuk produk olahannya.
Bertanam dan membudidayakan sorgum sebagai diversifikasi pangan, selain mengurangi ketergantungan pada bahan pangan tertentu juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Petani menjadi pekerjaan yang menjanjikan bagi banyak orang.