Samarinda (ANTARA Kaltim)- Produksi industri pengolahan skala besar dan sedang di Provinsi Kalimantan Timur selama triwulan Oktober-Desember 2012 tumbuh signifikan 6,31 persen dari triwulan sebelumnya.
"Sektor industri pengolahan (manufaktur) di Kaltim tersebar di hampir kabupaten dan kota, sementara spesifikasi kegiatannya berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Kaltim Johny Anwar di Samarinda, Jumat.
Perbedaan kegiatan industri itu antara lain dapat dilihat di Kota Samarinda yang masih didominasi oleh industri kayu, Kota Bontang mendominasi dengan industri kimia, kemudian Kabupaten Kutai Kartanegara, Paser, dan Kutai Barat dengan komoditi andalan mereka seperti industri minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO).
Menurutnya, produksi berbagai komoditi pada triwulan IV 2012 mengalami peningkatan lebih cepat ketimbang triwulan III yang hanya tumbuh 4,71 persen.
Jenis industri yang memberikan andil cukup besar dalam pertumbuhan triwulan IV adalah adalah industri makanan dan minuman. Sektor ini mengalami peningkatan produksi sebesar 7,83 persen.
Disusul industri kimia yang mengalami kenaikan produksi 0,20 persen, kemudian industri kayu, barang-barang dari kayu dan barang anyaman mengalami penurunan produksi, yakni minus 2,93 persen.
Dikatakannya, sektor industri pengolahan di Kaltim merupakan salah satu dari dua sektor yang menjadi penentu terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga sektor ini memiliki peran penting dalam pembangunan daerah.
Nilai tambah yang dihasilkan dari industri manufaktur masih menjadi yang terbesar kedua kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di Kaltim, setelah sektor pertambangan dan penggalian.
Tetapi peran tersebut masih didominasi oleh industri migas, sementara industri non migas memberikan kontribusi sekitar 4,5 persen dari total pertumbuhan ekonomi Kaltim.
Secara umum, katanya lagi, sektor industri besar dan sedang menunjukkan perkembangan menggembirakan, akan tetapi sedikit berbeda dengan kondisi perkembangan produksi sektor industri mkro dan kecil yang justru mengalami penurunan 4,21 persen. (*)