Penajam (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menilai program pemerintah pusat yakni cetak sawah baru dapat meningkatkan produksi beras di daerah.
Ketua DPRD Kabupaten Penajam Paser Utara, Jon Kenedi di Penajam, Jumat mengatakan, program cetak sawah baru bisa menambah hasil panen padi petani di daerah.
Ia berharap program cetak sawah baru tersebut kembali dilanjutkan pemerintah pusat pada tahun ini (2021).
Program cetak sawah baru 2020 dibatalkan karena pemerintah pusat memfokuskan anggaran untuk penanganan mewabahnya virus corona atau COVID-19.
"Pada 2020, Kabupaten Penajam Paser Utara dapat jatah 1.000 hektare cetak sawah baru tapi ditunda karena anggaran dialihkan untuk penanganan COVID-19," ungkap Jon Kenedi.
Namun menurut politisi Partai Demokrat tersebut, beredar informasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pertanahan bakal kembali melanjutkan program cetak sawah baru.
Program cetak sawah baru sangat penting untuk meningkatkan produksi beras di Kabupaten Penajam Paser Utara yang bakal menjadi ibu kota negara Indonesia baru.
Hingga saat ini, lahan pertanian atau sawah produktif di wilayah Penajam Paser Utara sekitar 13.000 hektare yang sebagian besar berada di Kecamatan Babulu.
"Kami dengar dari Kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mau buka lahan untuk program cetak sawah baru sekitar 1.000 hektare," kata Jon Kenedi.
"Kalau bisa lebih dari 1.000 hektare karena kebutuhan pangan ibu kota negara sangat banyak, dan pemerintah kabupaten belum bisa mengatasi itu," ucapnya.
Rencananya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional jelas Jon Kenedi, bakal melanjutkan program cetak sawah baru pada 2021, tetapi kepastiannya masih ditunggu. (ADV)
DPRD Penajam: Program cetak sawah baru bisa tingkatkan produksi beras
Jumat, 16 Juli 2021 14:15 WIB
Pada 2020, Kabupaten Penajam Paser Utara dapat jatah 1.000 hektare cetak sawah baru tapi ditunda karena anggaran dialihkan untuk penanganan COVID-19,