Samarinda (ANTARA) - Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Ujang Rachmad mengatakan keberadaan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) dinilai mampu menaikkan harga jual hasil bahan olahan karet rakyat (Bokar) dan berimbas pada peningkatan penghasilan para petani karet.
"Sebelumnya petani menjual bokarnya kepada tengkulak, sehingga harga tawar yang didapatkan sangat murah," kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad di Samarinda, Senin (8/6).
Disebutkan Ujang, kisaran harga yang diperoleh petani sekitar Rp4.500 hingga Rp5.000 per kilogramnya.
Namun sejak dibentuk UPPB, harga jual Bokar menjadi lebih baik. Kisaran harga yang diterima petani mencapai Rp9.600 hingga Rp15.000 perkilogramnya.
Ujang mengungkapkan hingga tahun 2019, UPPB yang telah terbentuk berjumlah lima unit UPPB yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota sentra perkebunan karet rakyat.
"UPPB kita ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara dan Samarinda dengan jumlah lahan binaan seluas 650 hektar dan jumlah petani binaan sebanyak 191 orang," ungkapnya.
Selain itu, Disbun berupaya mendorong petani meningkatkan peranan dan daya saing komoditas karet. Diantaranya, melakukan perbaikan mutu bahan olah karet melalui inovasi Gebrak Bokar Bersih sebagai program peningkatan komoditas pasca panen.
Ujang menjelaskan Gebrak Bokar Bersih merupakan inovasi yang menghasilkan solusi menyeluruh mengenai budidaya karet Kaltim. Inovasi ini lanjutnya, sangat inovatif karena idenya muncul justru di saat krisis kualitas karet dan rendahnya harga jual karet.
"Solusi yang ditawarkan membawa dampak sangat luas, karena membuat budidaya karet ditangani secara baik. Seperti produksi getah, pengolahan (bahan olahan karet bersih) hingga pemasaran. Semua prosesnya melibatkan kelompok tani karet dengan pihak pabrik pengolahannya," jelas Ujang.