Jakarta (ANTARA) - Kelakar seperti yang dilontarkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam kongres partainya di Bali adalah bentuk komunikasi politik yang tepat dalam iklim perpolitikan setelah Pemilu 2019, kata pakar komunikasi politik Lely Arrianie.
"Biarkanlah suasana politik yang dinamis, rekonsiliasi sedang berlangsung. Sekarang kita ingin menyaksikan kosakata dan komunikasi politik yang penuh candaan. Politik sendiri sebenarnya sekadar canda gurau," ungkap Lely Arrianie ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, dalam Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Megawati melontarkan kelakar bahwa partai berlambang banteng itu harusnya mendapatkan jatah menteri yang lebih banyak mengingat posisinya sebagai peraih suara terbanyak di legislatif.
Kelakar Megawati itu kemudian direspons juga dengan seloroh oleh Presiden RI Joko Widodo.
"Tadi disampaikan jangan empat. Akan tetapi, kalau yang lain dua, PDIP empat 'kan sudah dua kali (lipat). Kalau yang lain tiga, ya, belum tentu juga (enam)," seloroh Jokowi dalam sambutannya di acara itu, Kamis (8/8).
Menurut Lely, politik sebagai kompromi dari kepentingan berbagai pihak tercermin ketika pihak yang bertentangan bisa duduk bersama dalam kongres tersebut.
Keberadaan Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto yang berbeda kubu dengan Megawati dan Jokowi di Pemilu 2019 bersama ketua umum partai koalisi di Kongres V PDI Perjuangan, menurut dia, menunjukkan betapa cairnya politik sebenarnya.
Selain Prabowo, hadir juga K.H. Ma'ruf Amin, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum NasDem Surya Paloh, dan Plt. Ketum PPP Suharso Monoarfa.
"Politik itu sekadar canda gurau, jadi para pendukung harusnya jangan terlalu militan dalam mendukung karena perubahan politik itu dinamis. Detik per detik para elite itu bisa berubah," ujar Ketua Program Magister Komunikasi Universitas Jayabaya itu.
Kelakar politik sesuai iklim setelah Pemilu 2019
Jumat, 9 Agustus 2019 14:50 WIB
Biarkanlah suasana politik yang dinamis, rekonsiliasi sedang berlangsung. Sekarang kita ingin menyaksikan kosakata dan komunikasi politik yang penuh candaan. Politik sendiri sebenarnya sekadar canda gurau,