Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Dinas Perhubungan (Dishub) Balikpapan menunjuk Perusda Balikpapan untuk menjadi operator sementara Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) sambil menyiapkan badan hukum untuk operasional SAUM tersebut.
"Kami serahkan ke Perusda dengan subsidi Rp2 miliar untuk pengadaan bus dan shelter," kata Kepala Dinas Perhubungan Ali Munsjir Halim, Rabu 21/12 di Balaikota.
Badan pengelola tersebut diharapkan sudah berdiri pada 2014. Bila badan pengelola itu ada maka Pemkot dapat memberikan penyertaan modal untuk perluasan koridor dan penambahan armada. Juga akan ada bantuan subsidi dari Kementerian Perhubungan.
"Besarnya penyertaan modal belum kami tentukan," sambung Ali Munsjir.
Dinas Perhubungan memperkirakan pengoperasian uji coba sarana angkutan umum massal ini baru bisa dilakukan pertengahan 2012 mendatang.
"Tahap awal pada awal tahun 2012 ini kami lakukan penyusunan detail engineering desain (DED), lalu perencanaan lalu lintas, juga kelengkapan angkutan massal ini sepertii koridor dan shelter," lanjut Ali Munsjir.
Sementara ini angkutan umum massal ini direncanakan dibuat dengan satu koridor, dua bus, dan enam shelter atau tempat perhentian. Dishub juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat pengguna transportasi umum, kepada Organisasi Angkutan Darat (Organda, organisasi para pengusaha angkutan umum) dan para sopir angkot serta taksi.
Saat ini angkutan umum yang tersedia di Balikpapan adalah angkutan kota, berupa mobil-mobil penumpang seperti Toyota Kijang dan Suzuki Carry berkapasitas maksimal 8 orang. Ada 8 trayek dan mobil tiap trayek dibedakan dengan warna dan angka. Besaran tarif trayek berdasarkan jarak yang diikuti penumpang dengan tarif maksimal Rp2.500.
"Menurut kami solusi kemacetan di Balikpapan bukan dengan mengadakan sarana angkutan massal berupa bus besar begitu, tapi cukup dengan membuka trayek angkot baru hingga ke pusat-pusat pemukiman," kata Hasan, sopir angkot Nomor 1 Jurusan Terminal Batu Ampar-Kampung Baru.
Dengan terlayaninya warga hingga ke dekat pemukimannya, menurut Hasan, akan mengurangi niat kepemilikan kendaraan pribadi?yang karena jumlahnya yang begitu banyak diyakini sebagai salah satu biang kemacetan.
Saat ini memang banyak pusat-pusat pemukiman baru yang belum terlayani angkutan kota karena letaknya yang relatif jauh atau jalan lingkungan yang belum memadai.
Warga di pemukiman itu, seperti di Komplek Batakan Indah yang ada di balik bukit-bukit Batakan, memiliki kendaraan pribadi menjadi keharusan. Sebab jarak dari komplek menuju jalan besar dimana lewat angkot Nomor 7 jurusan Terminal Damai-Gunung Tembak saja hampir 3 km.
"Kalo gak ada motor, mati kita, seloroh Rachmat, warga Batakan Indah yang sehari-hari bekerja di Klandasan. (*)