Balikpapan (ANTARA) - Setelah setahun, 'salah dengar' dan ‘salah paham’ disebutkan menjadi penyebab utama kejadian tumpahan minyak mentah di Teluk Balikpapan dinihari Sabtu 30 Maret 2018.
Kepala Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono di Balikpapan, Kamis, menuturkan, bahwa dalam komunikasi radio antara nakhoda kapal MV Ever Judger Zhang Deyi dengan kapal pandu salah dengar dan salah paham itu terjadi pada kalimat ‘drop one meter of sea level’.
Di mana Ever Judger diizinkan menurunkan jangkarnya hingga tinggal 1 meter dari permukaan laut, sebagai persiapan untuk lego jangkar di tempat yang sudah ditentukan.
Namun kalimat ‘you may drop the anchor one meter above sea level’ didengar sebagai ‘you may drop the anchor one shackle’. ‘One shackle’ adalah 27,5 meter. Shackle adalah satuan panjang rantai kapal.
Tak ayal lagi, jangkar dilepas sepanjang itu sementara kedalaman laut yang dilewati 24 meter.
Malang tak dapat ditolak, jangkar seberat 13 ton dari kapal berbobot 82.000 ton itu menggaruk dasar Teluk, dan kemudian tersangkut pipa minyak mentah berdiameter 20 inci, pipa dasar laut yang menghubungkan tangki-tangki penampungan di Lawe-lawe, Penajam Paser Utara, dengan kilang di Balikpapan.
Dalam upaya melepaskan jangkar dari pipa yang dibungkus chasing beton itu, kapal bermanuver, yang malah membuat pipa jadi patah.
Seterusnya, minyak mulai tumpah sekitar pukul 02.00 WITA, namun baru diyakini sebagai tumpahan minyak dari pipa patah pada menjelang siang Sabtu.
Sebanyak 40.000 barel minyak mentah yang tumpah kemudian mengakibatkan kebakaran besar di laut yang menewaskan 5 nelayan dan mencemari kawasan mangrove hingga luasan 86.000 hektare dan menurunkan mutu air laut hingga hamparan setara 39.000 hektare.
"Karena komunikasi antara awak kapal dan pandu tidak dalam satu bahasa yang sama," kata Soerjanto Tjahjono.
Kemudian juga diketahui, tidak ada prosedur spesifik tentang bagaimana komunikasi antarpara awak kapal yang dipandu dengan awak kapal pandu.
"Mungkin walaupun berbahasa Inggris, tapi bahasa Inggris patah-patah," kata Tjahjono.