Jenazah Nusyirwan Ismail diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Basuki Rahmad Samarinda sekitar pukul 08.30 Wita menuju Balai Kota untuk upacara pelepasan dan penghormatan terakhir.
Sepanjang jalan KH Agus Salim dan Kusuma Bangsa menuju arah Balai Kota, warga dan pelajar berdiri di pinggir jalan untuk menyaksikan iring-iringan mobil jenazah yang diikuti mobil dan bus berisi keluarga serta kerabat almarhum.
Sesampai di Balai Kota Samarinda, ribuan pegawai pemkot sudah menyambut kedatangan jenazah Calon Wakil Gubernur Kaltim itu, termasuk para pejabat, camat dan lurah yang memakai pakaian dinas warna putih.
Tampak pula Wali Kota (nonaktif) Syaharie Jaang yang juga maju sebagai cagub di Pilkada Kaltim, Andi Sofyan Hasdam (cagub pasangan almarhum Nusyirwan), Ketua DPRD Kaltim HM Syahrun, Ketua DPRD Kota Samarinda Alphad Syarif, dan para tokoh lintas agama.
Setelah upacara pelepasan yang berlangsung lebih kurang 30 menit, jenazah Nusyirwan Ismail dibawa ke Masjid Darussalam untuk dishalatkan dan selanjutnya dimakamkan di TPU Muslimin Abul Hasan, berdampingan dengan makam orang tuanya.
Nusyirwan Ismail menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada Selasa (27/2) pukul 12.32 Wita, saat menjalani perawatan intensif akibat mengalami pecah pembuluh darah di bagian kepala (stroke).
Awalnya almarhum dilaporkan pingsan pada Jumat (23/2) pagi saat bersama Cagub Andi Sofyan Hasdam sedang melakukan aktivitas kampanye di wilayah Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pasangan nomor urut 1 ini maju Pilkada Kaltim dengan dukungan koalisi Partai Golkar dan Nasdem.
Dalam posisi tidak sadarkan diri, Nusyirwan kemudian dibawa ke RSUD AW Sjahranie Samarinda dan langsung masuk ruang ICU untuk menjalani perawatan.
Dari hasil pemeriksaan menggunakan CT Scan, tim dokter memastikan Nusyirwan Ismail mengalami pendarahan di bagian kepala atau otak yang mengakibatkan terjadinya stroke.
"Ada pembuluh darah di kepala Pak Nusyirwan yang pecah dan menyebabkan munculnya gumpalan darah. Itu kemudian menyebabkan stroke," kata Direktur RSUD AW Sjahranie dr Rachim Dinata SpS, Sabtu (24/2).
Pada Jumat (23/2) malam, tim dokter melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan gumpalan darah di kepala Nusyirwan.
"Operasi berjalan lancar dan berhasil mengeluarkan seluruh gumpalan darah yang ada di kepala. Saat dilakukan CT Scan lanjutan juga tidak ditemukan gumpalan darah lagi," katanya.
Namun demikian, lanjut Rachim, kondisi Nusyirwan pascaoperasi masih dinyatakan kritis dan tidak sadarkan diri, sehingga terus mendapat pantauan intensif dari tim dokter. Nusyirwan mengalami pembengkakan pada otaknya sehingga tidak berfungsi (brain death).
"Senin (26/2) malam, kondisi Pak Nusyirwan terus menurun hingga tadi pagi (Selasa, 27/2) sekitar jam 10.00 Wita tidak ada kemajuan. Pembengkakan itu mengakibatkan Pak Nusyirwan mengalami brain death (mati otak) dan tidak ada tindakan medis yang bisa dilakukan. Kami pun kemudian berkonsultasi dengan pihak keluarga untuk mengabarkan kondisi tersebut," jelas Rachim. (*)
Baca juga: Dokter: Nusyirwan alami "brain death"