Penajam (ANTARA Kaltim) - Para orang tua murid SMP Negeri 1 Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menduga terjadi praktik pungutan liar yang dilakukan pihak sekolah melalui penjualan buku pelajaran kepada siswa.
Sejumlah orang tua murid yang ditemui di Penajam, Kamis, mengatakan penjualan buku pelajaran di SMP Negeri 1 Penajam tersebut cukup memberatkan, terlebih lagi bagi mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu.
"Kami kecewa, karena selain memberatkan, juga dikhawatirkan buku yang dijual itu tidak sesuai kurikulum yang diterapkan saat ini," kata Sumardi, salah satu orang tua murid.
Praktik penjualan buku pelajaran kepada siswa di SMP Negeri 1 Penajam itu diduga sudah dilakukan hampir setiap tahun.
Sumardi menegaskan komite sekolah sejak awal sudah menolak ada praktik penjualan buku pelajaran itu, namun pihak sekolah tetap melakukannya.
"Sekolah tetap nekad menjual buku kisi-kisi itu kepada siswa, alasannya untuk kepentingan persiapan ujian nasional," ujarnya.
Sumardi juga menimpali, "sepanjang sesuai kurikulum yang diajarkan di sekolah, saya tidak masalah. Tapi, harga buku itu juga harus mempertimbangkan kemampuan orang tua murid,".
Selain itu, menurut wali murid lainnya, pihak SMP Negeri 1 Penajam juga meminta biaya pengambilan foto ujian dan sampul ijazah kepada siswa sebesar Rp185.000.
Penjualan buku pelajaran serta biaya pengambilan foto dan sampul ijazah tersebut diindikasikan oleh sebagian orang tua murid sebagai upaya pungli.
Kepala SMP Negeri 1 Penajam Edy Prayitno saat dikonfirmasi mengenai keluhan itu, membantah secara tegas pihaknya melakukan praktik pungli, karena penjualan buku pelajaran, serta pengambilan foto ujian dan sampul ijazah itu sifatnya tidak wajib bagi siswa.
"Buku itu berisi soal-soal untuk persiapan ujian nasional, harganya Rp110.000 untuk empat buku mata pelajaran. Paket Rp185.000 untuk empat buku mata pelajaran, serta foto dan sampul ijazah. Kalau siswa mau beli silakan, tidak beli juga tidak apa-apa," jelasnya.
"Mengenai foto, anak-anak sudah diminta untuk mengumpulkan foto, tapi sering terlambat, jadi diambil alih oleh sekolah. Untuk sampul sekolah sudah ada dari dulu," ucap Edy Prayitno.
Hal lain yang belum selesai dibahas adalah rencana acara perpisahan siswa, karena ada dua pilihan yang diinginkan siswa, yakni berwisata atau menggelar perayaan biasa di sekolah.
Hingga kini, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Penajam Paser Utara belum memberikan pernyataan terkait masalah yang terjadi di SMPN 1 Penajam itu. (*)