"Target kunjungan wisman ke Kaltim sepanjang 2016 mencapai 106,33 persen. Alam Kaltim memang banyak yang menarik untuk dikunjungi wisman," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Kaltim Syafruddin Pernyata di Samarinda, Senin.
Kaltim, lanjutnya, memiliki kekayaan alam luar biasa yang bisa terus dikembangkan untuk menarik wisatawan, baik kekayaan alam, objek wisata, maupun kekayaan non-benda berupa budaya (Intangible Cultural Heritage). Kekayaan inilah yang juga merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Kekayaan bukan benda itu antara lain tradisi masyarakat, ekspresi hidup di masing-masing suku yang diwariskan turun temurun, tari khas yang dimiliki di masing-masing daerah baik tari dari Kutai maupun Dayak, dan sejumlah kekayaan tak benda lainnya.
"Semua mengetahui bahwa saat ini APBN dan APBD sedang defisit, namun demikian keadaan ini bukan lantas menjadikan alasan bagi kita untuk tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi masih banyak celah yang bisa kita lakukan untuk membangun kepariwisataan," ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, di tahun ini ia akan coba meningkatkan kembali jumlah kunjungan wisatanya baik oleh wisatawan lokal, wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara karena potensinya memang masih terbuka lebar.
Dinas Pariwisata Kaltim, katanya, dalam upaya meningkatkan kunjungan wisata tentu harus menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak, terutama yang memiliki kaitan dengan pengembangan kepariwisataan sesui dengan peran dan fungsinya masing-masing.
Misalnya menjalin hubungan kekeluargaan dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan melakukan pembinaan, karena kelompok ini merupakan ujung tombak yang langsung bersentuhan dengan wisatawan.
Apabila pokdarwis memahami perannya dengan baik seperti mengembangkan seni, budaya, kriya, mengenalkan potensinya, dan memasyarakatkan Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah-tamah, dan Ketenangan), maka wisatawan akan berkunjung lagi, bahkan turut berpromosi.
"Kemudian wisata di objek tertentu, katakan mengelilingi Kepulauan Derawan yang tentunya diperlukan guide, maka pelatihan terhadap guide perlu dilakukan. Dalam pelatihan ini tentu kita perlu kerja sama dengan pihak lain agar gaungnya juga lebih luas," ujar Syafruddin. *