Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kapal tunda atau "tugboat" Berau Coal 118 milik PT Rusianto Bersaudara, masih tertahan di Filipina, pascapenyenderaan kru kapal tunda Charles.
"Sampai saat ini, suami saya masih tertahan di Filipina pascapenyanderaan kru kapal tunda Charles sejak 22 Juni 2016," ujar Delike, istri Fenti Tama Milang, Mualim II kapal tunda Berau Coal 118, ditemui di Sungai Lais Samarinda, Rabu.
Kapal tunda Berau Coal 118, kata Delika, berlayar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menuju Filipina sejak 4 Juni 2016.
Seharusnya, lanjut Delika, suaminya sudah kembali pada awal Juli 2016, karena pelayaran dari Filipina ke Indonesia, khususnya ke Samarinda, hanya membutuhkan waktu tujuh hari dan jika kondisi cuaca tidak memungkinan, paling lama satu bulan.
"Biasanya, pelayaran dari Filipina ke Samarinda bisa ditempuh selama tujuh hari dan jika cuaca tidak memungkinkan bisa sampai 10 hari dan paling lama satu bulan," tuturnya.
"Namun, karena pertimbangan keamanan setelah kru kapal tunda Charles disandera kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf Grup, sehingga mereka akhirnya tertahan di Filipina. Tetapi, saya masih selalu berkomunikasi baik melalui telepon maupun Blackberry Massenger atau BBM," kata Delika.
Namun Delika mengaku sedikit lega setelah pada Rabu pagi, suaminya mengabarkan bahwa kapal tunda Berau Coal 118 akan segera kembali ke Samarinda.
"Tadi pagi saya suami saya menyampaikan melalui BBM bahwa mereka akan segera kembali setelah mendapat jaminan keamanan dari pemerintah Filipina. Jadi, kapal tunda Berau Coal 118 itu akan dikawal Angkatan Laut Filipina dari wilayah perairan Negros menuju ke perbatasan Indonesia," ujar Delika.
Selama ini kata Delika, ia merasa sangat khawatir akan keselamatan suaminya bersama para kru kapal tunda Berau Coal 118.
Bahkan, ia mengaku tidak sanggup melihat kecemasan Elona dan Dian Megawati Ahmad, istri kru kapal tunda Charles yang disandera kelompok Abu Sayyaf Grup.
"Mungkin karena sesama istri pelaut sehingga saya juga merasa sedih melihat kecemasan mereka yang suaminya disandera. Apalagi, suami saya masih berada di Filipina jadi saya sangat menghawatirkan keselamatannya dan kru kapal tunda Berau Coal 118 lainnya," katanya.
"Jadi, saya berharap suami saya bisa kembali ke Samarinda dan juga berdoa agar seluruh kru ABK kapal tunda Charles segera dibebaskan," tutur Delika.
Tujuh kru kapal tunda Charles milik PT Rusianto Bersaudara, disandera kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf sejak 22 Juni 2016.
Saat itu, kapal tunda Charles berlayar pulang ke Samarinda setelah mengantar batu bara ke Filipina.
Namun, saat melintas di wilayah perairan Pulau Jolo, mereka dicegat oleh dua kelompok bersenjata dalam waktu berbeda.
Kelompok pertama menyandera Ferry Arifin (nahkoda) bersama Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edi Suryono (Masinis II).
Kemudian kelompok kedua menyandera Ismail (Mualim I), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman), serta Muhammad Robin Piter (juru mudi).
Sementara, enam kru kapal tunda Charles yakni, Andi Wahyu (Mualim II), Syahril (Masinis IV), Albertus Temu Slamet (juru mudi), Reidgar Frederik Lahiwu (juru mudi), Rudi Kurniawan (juru mudi) dan Agung E Saputra (juru masak).
Hingga saat ini, pemerintah masih terus berupaya melakukan pembebasan terhadap tujuh kru kapal tunda Charles serta tiga ABK berkebangsaan Indonesia yang juga disandera kelompok Abu Sayyaf Grup. (*)