Jakarta (ANTARA News) - Anggota keluarga Anak Buah Kapal (ABK) tugboat Charles yang masih disandera kelompok kelompok bersenjata diduga Abu Sayyaf, mengunjungi Kementerian Luar Negeri untuk konsultasi psikologis.
"Betul bahwa keluarga (sandera) akan datang hari ini, siang atau sore. Ini kunjungan seperti biasa, mereka datang ke Jakarta atau kita ke Samarinda untuk konsultasi keluarga dengan pemerintah dan dengan psikolog," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu Lalu Muhammad Iqbal melalui aplikasi pesan instan yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Iqbal, kunjungan dan konsultasi tersebut adalah bagian dari Standar Prosedur Operasional (SOP) Direktorat PWNI-BHI Kemlu yang diberikan untuk anggota keluarga dan sandera setelah mereka bebas.
"Konsultasi ini tidak hanya kita berikan untuk ABK TB Charles, tapi juga yang lainnya," kata dia.
Iqbal menambahkan dalam kesempatan itu, pemerintah dan pihak keluarga juga akan berdiskusi tentang perkembangan upaya pembebasan sandera yang dilakukan melalui jalur diplomasi dan persuasi yang dilakukan Kemlu.
"Kalau perkembangan dari jalur operasi intelejen kami rasa ada yang lebih tepat menjelaskannya," kata dia.
Iqbal menggarisbawahi dalam konsultasi dengan pihak keluarga, Kemlu menyampaikan bahwa proses pembebasan setiap kasus berbeda karakternya sehingga diharapkan mereka bersabar dan tetap kooperatif dalam upaya yang terus dilakukan pemerintah.
Hingga saat ini, masih ada lima ABK Kapal Tugboat Charles yang masih disandera, yakni Ferry Arifin, Muh Mahbrur Dahri, Edi Suryono, Muhammad Nasir dan Robin Piter.
Sementara itu, ABK atas nama Muhammad Sofyan berhasil bebas dari penyandera pada 17 Agustus, selang sehari setelahnya, Ismail ditemukan di perairan Luwu pada 18 Agustus.
Tugboat Charles dibajak kelompok bersenjata di perairan Sulu, selatan Filipina pada 20 Juni 2016. (*)
(*)