Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur berencana mengirim sebanyak 300 orang pelajar dan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama untuk mengikuti program magang ke Jepang.
"Setelah pengiriman mahasiswa Kaltim ke Rusia, kali ini kami akan mengirim anak pondok pasantren dan mahasiswa UNU untuk magang ke Jepang. Program ini merupakan kerja sama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Kementerian Agama melalui koordinasi pemerintah daerah dan Rektor UNU Kaltim," ujar Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Samarinda, Jumat.
Pemprov Kaltim akan mengirim para siswa/siswi dan mahasiswa tersebut magang di berbagai bidang ilmu pengetahuan di Jepang.
"Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kaltim yang andal dan berkualitas. Pesantren tentu banyak mengajarkan pendidikan moral dan akhlak mulia, sedangkan berguru ke Jepang untuk meningkatkan pengetahuan," tuturnya.
"Itu yang dilakukan melalui program magang ke Jepang ini. Kami ingin merekalah yang menjadi calon penerus pembangunan Kaltim mendatang," tambah Awang Faroek.
Program magang ke Jepang tersebut akan dibiayai melalui program Beasiswa Kaltim Cemerlang (BKC) yang pendanaannya melalui APBD.
"Itu salah satu program pembangunan bidang pendidikan melalui penyaluran BKC program luar negeri, selain program belajar di dalam dan luar daerah serta program beasiswa perbatasan yang dialokasikan," jelasnya.
Mengenai realisasi program tersebut, lanjutnya, tim pengelola BKC akan kembali menyeleksi calon pelajar dan mahasiswa yang akan mengikuti program magang ke Jepang, sebab pasentren dan UNU Kaltim mengusulkan sebanyak 500 orang, sementara kuota yang disediakan hanya untuk 300 orang.
Sementara itu, Rektor UNU Kaltim Farid Wadjdy memberikan apresiasi atas kepercayaan yang telah diberikan Pemprov Kaltim kepada perguruan tinggi yang dipimpinnya dan secara teknis pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kaltim.
"Untuk mengikuti program tersebut tentu semua harus diseleksi secara ketat agar hasilnya adalah yang terbaik untuk Kaltim," kata Farid Wadjdy. (*)