"Tujuh bulan lalu, saat pertama kami memungut sampah di SKM, orang menganggap kami gila karena jumlah pembuangnya jauh lebih banyak ketimbang yang memungut, tapi sekarang sudah lebih 2.000 relawan membantu kami," ujar Misman di Samarinda, Minggu.
Lebih 2.000 relawan tersebut berasal dari berbagai elemen, seperti dari komunitas kepala sekolah, pelajar, TK/PAUD, kominitas masyarakat sosial, komunitas dunia maya, komunitas mahasiswa, seniman, dan dari berabagai organisasi.
Dari komunitas mahasiswa saja, lanjut dia, terdiri dari berbagai universitas maupun perguruan tinggi yang di dalamnya juga berasal dari berbagai program studi (prodi) maupun fakultas.
Misalnya, dari Universitas Mulawarman Samarinda, di antaranya ada Prodi Hubungan Internasional, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Kedokteran, Kesehatan Masayarakat, dan lainnya.
Ada pula dari Universitas Nadlatul Ulama Kaltim dari berbagai prodi, dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda dari berbagai prodi, dari Universitas Widya Gama, dan beberapa perguruan tinggi lain.
"Sedangkan dari komunitas antara lain Bonek Excekutif Borneo, Komunitas Wiraswasta, Komunitas Warkop Care, dan berbagai komunitas lain, pokoknya sudah banyak dalam catatan saya," kata Misman.
Tugas utama mereka, lanjut dia, membersihkan SKM di titik-titik tertentu karena tidak mungkin sungai yang memiliki panjang 37,5 km ini bisa dibersihkan semua, apalagi masih banyak warga yang belum sadar dan masih membuang sampah ke SKM.
Saat memberishkan, lanjut dia, ada beberapa komunitas yang lebih suka memungut sampah menggunakan perahu karena mereka juga ingin berwisata, ada pula yang memungut sampah di tepi sungai.
"Ada lagi komunitas yang keren karena bukan sekedar memungut, tetapi juga mengambil sampah yang terpendam di dasar sungai, seperti ban mobil, ban sepeda motor, pecahan kaca, karpet, dan semua sampah rumah tangga berat yang sudah bertahun-tahun terpendam di dasar sungai," katanya.
Terkait dengan peralatan, ia tidak khawatir karena semakin banyak komunitas maupun perorangan yang terus memberikan sumbangan untuk perlengkapan memungut, seperti perahu, sarung tangan, jaket pelampung, masker, sepatu booth, bahkan sumbangan untuk membangun Posko GMSS-SKM.
Saat ini, katanya, ada empat perahu yang tersedia, yakni sumbangan dari Saefuddin Zuhri, dari Alumni SMEA Negerti 1 Angkatan 1979, dari Ketua Workop Care Khairil Marzuki Tanjung, dan satu perahu lagi merupakan pinjaman dari Hasanuddin, warga setempat.
Khairil Marzuki Tanjung, saat menggelar syukuran di Posko GMSS-SKM dalam rangka pemanfaatan perahu perdana, Minggu pagi, mengatakan sumbangan perahu tersebut merupakan kado ulang tahun untuk istrinya.
"Beberapa hari lalu istri saya ulang tahun, ketika saya tanya minta kado apa, ia jawab belikan perahu saja untuk disumbangkan kepada GMSS-SKM, karena sudah banyak relawan yang memungut sampah sehingga masih butuh tambahan perahu," kata Khairil. *