Jakarta (ANTARA News) - Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia
Firdaus Ali mengatakan Indonesia membutuhkan 4.000-an waduk untuk
mengatasi kekeringan yang terus berkepanjangan.
"Negara kita
menanggung beban populasi tertinggi nomor empat setelah Tiongkok, India
dan Amerika Serikat. India saja punya 1.500 bendungan, Tiongkok 20
ribuan lebih, Amerika Serikat 6.200, Jepang 3.000, sedangkan Indonesia
cuma punya 284 bendungan," kata Firdaus kepada Antara News di Jakarta,
Jumat.
Pendiri dan pemimpin Indonesia Water Insitute itu
mengatakan bendungan akan berguna sebagai sumber energi listrik dan
sumber air untuk berbagai keperluan masyarakat saat kemarau panjang
seperti sekarang.
"Masyarakat bisa pakai air bendungan untuk
keperluan sehari-hari dan juga untuk irigasi bahkan untuk pemadaman
kebakaran lahan dan hutan," katanya.
Namun pegiat lingkungan
seperti Walhi menolak rencana pemerintah membangun bendungan raksasa
baru karena dinilai tidak mensejahterakan rakyat dan merusak ekologi
sungai.
Menurut Walhi beberapa bendungan di Indonesia menyebabkan
kerusakan wilayah tangkapan menyebabkan sedimen lumpur mempercepat usia
bendungan dan dapat menimbulkan bencana jika bendungan jebol akibat
tekanan lumpur.
Menanggapi hal itu, Firdaus Ali mengatakan memang dibutuhkan pengelolaan bendungan yang lebih baik lagi.
"Kalau
dibilang tidak alami, jumlah populasi kita sekarang ini kan juga sudah
tidak alami, makanya harus bagaimana? Hidup di tengah kondisi alam yang
sangat ekstrem begini memang diperlukan upaya dan terobosan. Ini baru
pertama kalinya lho Bumi kita dihuni tujuh miliaran orang," kata
Firdaus.
Firdaus mengatakan, mengantisipasi kekeringan seharusnya
juga dilakukan dengan menghemat air, daur ulang air dan penyimpanan
air.
"Masyarakat bisa membuat sumur resapan di rumah-rumah mereka
supaya bisa menangkap dan menyimpan air saat hujan sehingga sumur-sumur
tidak kering saat kemarau," kata Firdaus. (*)
Indonesia Membutuhkan 4.000 Waduk untuk Lawan Kekeringan
Jumat, 16 Oktober 2015 17:54 WIB