Berau, Kaltim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, Kalimantan Timur, terus melakukan kampanye keragaman pangan berbasis gizi seimbang dengan mengacu Program Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA), untuk mengubah pola pikir masyarakat agar tidak selalu bergantung pada beras.
"Kampanye keberagaman pangan yang kami lakukan menyasar berbagai kalangan, antara lain ke desa-desa maupun kelurahan, ke kantin sekolah, hingga ke kaum ibu yang tergabung dalam PKK," kata Kepala Dinas Pangan Kabupaten Berau Rahmadi Pasarakan di Tanjung Redeb, Berau, Senin.
Kampanye juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan produk lokal yang tidak harus dari beras, kata dia, terlebih tepung terigu dengan bahan baku gandum, karena terigu bukan merupakan produk lokal melainkan hasil impor.
Ia mengatakan penganekaragaman pangan merupakan program pemerintah pusat dan Pemkab Berau yang terus digalakkan, karena masih banyak masyarakat yang menganggap belum makan, meski sudah menghabiskan singkong satu piring. Menurut kebanyakan orang, kata dia, makan adalah makan nasi dari beras.
Sedangkan ketika makan singkong goreng, ubi rebus, pisang goreng, dan lainnya, lanjut dia, masih dianggap ngemil, bukan makan, sehingga hal ini juga tidak baik baik tubuh karena bisa kelebihan energi atau bahkan bisa kelebihan lemak.
Makanan non-beras seperti singkong, ubi rambat, pisang, dan berbagai jenis umbi-umbian lain, kata dia, fungsinya sama dengan beras, yakni sebagai sumber energi, karena sama-sama mengandung karbohidrat tinggi.
Sedangkan dalam rangka memasifkan kampanye penganekaragaman pangan, pihaknya bukan hanya melakukan sosialisasi dan ajakan di berbagai kesempatan. Dinas Pangan Berau bahkan sudah menelurkan Program Kantin Sekolah B2SA.
Bahkan pada pekan terakhir September lalu pihaknya telah menggelar festival pangan lokal untuk Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) tingkat kabupaten, diikuti oleh 11 TP PKK kecamatan, dengan bahan baku di luar beras dan terigu sebagai pengganti makanan.
Bahan baku yang dimasak dalam lomba itu pun harus berasal dari pangan lokal seperti jagung, singkong, ubi, pisang, dan bahan lokal lain, sebagai upaya memberdayakan sumber daya lokal dalam memperkuat sistem pangan daerah dan memberdayakan petani setempat.
"Festival B2SA berbasis sumber daya lokal ini tentu untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam membuat pangan yang menarik, bahkan melalui kreativitas ini dapat menciptakan citra rasa tinggi dan khas," kata Rahmadi.
