Samarinda (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur tahun ini membuka 70 kelas bilingual atau dua bahasa di jenjang SMA dan SMK demi peningkatan kualitas pendidikan.
"Tahun ini kita buka 70 sekolah yang akan menerapkan pembelajaran dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris," kata Kepala Disdikbud Kaltim Armin di Samarinda, Jumat.
Ia menjelaskan, program ini merupakan pengembangan dari proyek percontohan yang tahun lalu sudah dilaksanakan di SMK Negeri 2 Balikpapan dan SMA Negeri 14 Samarinda.
Keberhasilan di dua sekolah tersebut, yang sengaja dipilih bukan dari kategori sekolah unggulan, membuktikan bahwa program kelas bilingual dapat diterapkan secara luas.
Menurut dia, penambahan jumlah sekolah secara masif ini bertujuan untuk mengakselerasi kemampuan siswa agar bisa bersaing di tingkat global dan mempersiapkan mereka untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Sejalan dengan program kelas bilingual, Disdikbud Kaltim juga mendorong pendekatan deep learning atau pembelajaran mendalam di ruang kelas. Armin menekankan, metode ini mengubah paradigma belajar yang selama ini cenderung normatif dan terpaku pada buku teks.
Baca juga: Disdikbud Kaltim siapkan siswa SMA/SMK mahir koding
"Pembelajaran mendalam ini adalah pendekatan agar anak-anak lebih kuat dan dalam memahami sesuatu. Caranya, anak harus aktif, harus kuat menulis, membaca, dan berani tampil," ujarnya.
Ia menambahkan, kunci keberhasilan metode ini terletak pada kreativitas guru dalam merancang skenario pembelajaran yang variatif dan melibatkan panca indra. Guru didorong untuk menggunakan berbagai media belajar, seperti film, berita dari koran, hingga koding, tidak hanya terpaku pada buku.
Untuk mendukung hal tersebut, Disdikbud Kaltim mengubah pola peningkatan kapasitas guru dari sekadar pelatihan menjadi pendampingan langsung di sekolah, terutama bagi para guru muda.
"Kami datang ke sekolah, kami dampingi, dan kami diskusi. Kami ingin lihat skenario mengajarnya, apakah sudah menerapkan deep learning atau belum," jelas Armin.
Baca juga: SMA di Samarinda jadi contoh efektivitas digitalisasi pembelajaran
