Balikpapan (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menilai posisi Kalimantan Timur (Kaltim) dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih berada di level menengah secara nasional. Potensi yang besar belum sepenuhnya tergarap, khususnya dalam bidang kerajinan, sehingga perlu dorongan kebijakan dan pendampingan lebih intensif dari pemerintah daerah.
“Kalau kita lihat dari data nasional, Kaltim saat ini berada di posisi tengah. Artinya sudah bagus, tapi perlu ditingkatkan lagi,” kata Tito saat menghadiri Hari Ulang Tahun ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Balikpapan, Jumat (11/7).
Ia menyebut sejumlah provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat masih menempati peringkat tertinggi dalam jumlah pelaku UMKM produktif.
"Jawa Timur melibatkan 1,5 juta orang, Jawa Tengah sebanyak 1,4 juta, dan Jawa Barat 1,12 juta orang," paparnya.
Sementara itu, Kaltim dinilai punya kekuatan luar biasa dari sisi sumber daya dan kreativitas masyarakat.
“Pak Gubernur Rudi jangan khawatir, kita akan dampingi. Kaltim punya potensi luar biasa, tinggal bagaimana didorong,” ujarnya.
Tito mengemukakan bahwa UMKM menyumbang sekitar 60 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.
Lanjutnya, sektor ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, bukan semata bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Jangan remehkan kerajinan. UMKM itulah yang membuat Indonesia masuk kelompok negara G20. Bukan karena APBN kita Rp3.000 triliun, tapi karena PDB yang mencapai Rp30.000 triliun,” ucapnya.
Menurutnya, belanja negara dan daerah hanya menjadi pemicu agar ekonomi masyarakat berputar, sedangkan uang yang benar-benar menggerakkan ekonomi adalah dari sektor swasta, terutama UMKM.
Tito menyebut konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 50 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Bila konsumsi rumah tangga meningkat, maka daya beli masyarakat ikut naik.
Ia menggarisbawahi pentingnya mengejar pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional yang saat ini berada di angka 4,87 persen. Sedangkan Kaltim tercatat masih berada di angka 4,20 persen.
“Kalau bisa di atas 3 persen, itu sudah baik. Tapi kalau bisa naik ke 6–7 persen, dampaknya akan langsung dirasakan masyarakat,” katanya.
Tito juga mendorong Pemerintah Provinsi Kaltim duduk bersama BPS dan para ahli ekonomi untuk menyusun strategi peningkatan ekonomi daerah.
Beberapa provinsi seperti Maluku Utara, Papua Barat, dan Sulawesi Tengah berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi tinggi dengan mengandalkan sektor riil dan sumber daya lokal.
Ia mencontohkan keberhasilan produk kerajinan nasional yang telah dikenal dunia, seperti Schmiley Mo, sebuah label fashion lokal yang didirikan oleh Diana Rikasari.
Lanjutnya, diketahui, merek ini dikenal dengan gaya warna-warni yang unik dan ekspresif, serta telah menembus pasar global termasuk London. Keberhasilan tersebut menjadi bukti bahwa kreativitas lokal bisa bersaing di kancah internasional.
“Sudah ada UMKM yang memproduksi dari batok kelapa, karbon, arang, dan lainnya. Tinggal kita bantu supaya makin berkembang,” ujar Tito.
