Samarinda (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) menindaklanjuti arahan menteri terkait percepatan swasembada pangan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), khususnya untuk komoditas beras dengan mengidentifikasi ribuan hektare lahan potensial untuk percetakan sawah baru di wilayah tersebut.
"Memang kita melihat ada defisit beras sekitar 200.000 ton dari jumlah produksi yang tidak mencukupi konsumsi di Kaltim, namun tantangan bagi daerah ini untuk segera mewujudkan kemandirian pangan," ujar Penanggungjawab Swasembada Pangan Kaltim dari Direktorat Hortikultura Kementan, Inti Pertiwi Nashwari di Samarinda, Senin.
Saat ini, Kaltim memiliki potensi lahan untuk intensifikasi seluas 13.973 hektare, dan Menteri Pertanian menargetkan penambahan hingga 20.000 hektare. Ini menjadi tantangan bagi Kaltim untuk mencari tambahan sekitar 6.000 hektare lagi.
Hal yang penting dioptimalkan, menurut Inti, adalah program cetak sawah baru atau ekstensifikasi. Program ini menyasar lahan-lahan yang belum termasuk dalam luas baku sawah di Kaltim.
"Dalam mengidentifikasi lahan ini, kami sangat berhati-hati. Ada kriteria-kriteria yang harus dipenuhi. Kita tidak bisa serta-merta memilih lahan, apalagi jika lahan tersebut merupakan kawasan hutan atau cagar alam," tegasnya.
Setelah melalui proses identifikasi yang cermat, Kementan sementara ini telah mengantongi potensi lahan seluas 1.890 hektare yang siap untuk dicetak menjadi sawah baru pada tahun 2025.
"Anggaran untuk survei, investigasi, dan desain pun sudah disiapkan," kata Inti.
Kemudian, strategi intensifikasi fokus pada peningkatan produktivitas lahan sawah yang sudah ada. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan indeks pertanaman padi dari satu kali menjadi dua kali, bahkan tiga kali setahun.
"Kami juga berupaya meningkatkan produktivitas per hektare dari 3-4 ton menjadi lima ton," ucap Inti.
Menanggapi defisit beras Kaltim yang mencapai 200.000 ton per tahun, Inti menjelaskan bahwa selama ini kebutuhan tersebut dipasok dari daerah lain seperti Sulawesi dan Kalimantan Selatan.
"Distribusi dari daerah sekitar memang cukup lancar. Namun, target kita sekarang adalah bagaimana memenuhi 200.000 ton ini dari produksi dalam daerah sendiri," ujarnya.
Untuk mencapai target tersebut, Kementan memperkirakan dibutuhkan sekitar 400.000 ton gabah kering panen.
"Dengan asumsi produktivitas rata-rata empat ton gabah per hektare per musim tanam, dengan asumsi dua kali tanam, maka setidaknya memerlukan sekitar 50.000 hektare sawah untuk bisa swasembada," jelas Inti.
Sementara itu, potensi lahan untuk cetak sawah baru lebih banyak terdapat di Kutai Timur dan Kutai Kartanegara karena kedua kabupaten tersebut masih memiliki lahan yang cukup luas.