Samarinda (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur menerangkan bahwa kasus positif demam berdarah dengue (DBD) di provinsi tersebut meningkat menjadi 2.320 kasus, dan tujuh orang meninggal dunia.
"Meningkatnya kasus DBD di Kaltim diduga akibat curah hujan tinggi yang terjadi beberapa bulan terakhir," kata Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin di Samarinda, Minggu.
Ia menjelaskan, angka ini meningkat 769 kasus dibandingkan Februari 2024.
Jaya menjelaskan, kasus DBD tertinggi terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan 852 kasus, diikuti Balikpapan 356 kasus, dan Kutai Barat 216 kasus. Sedangkan kasus terkecil berasal dari Mahakam Ulu dengan hanya 14 kasus.
Tingkat kematian akibat DBD di Kaltim saat ini sebesar 0,17 persen, dengan angka kesakitan atau Incidence Rate (IR) 65,1.
"Meskipun kasus positif DBD lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, angka kematiannya masih terkendali. Ini artinya, masyarakat sudah lebih tanggap dan segera membawa pasien DBD ke puskesmas atau rumah sakit," kata Jaya.
Jaya optimistis kasus DBD di Kaltim dapat dikendalikan dengan berbagai upaya yang dilakukan, seperti vaksinasi DBD, yang pada tahun 2024, Dinkes Kaltim mendatangkan 5.000 vaksin DBD untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap virus dengue.
Selain itu, Dinkes Kaltim juga menggencarkan penebaran nyamuk Wolbachia di Bontang sebagai wilayah percontohan untuk menekan populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor utama DBD.
"Targetnya, minimal 60 persen populasi nyamuk di Bontang terinfeksi Wolbachia dalam waktu enam bulan ke depan. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD," ujar Jaya Mualimin.
Dinkes Kaltim juga terus mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD dengan menerapkan 3M Plus dan menjaga kebersihan lingkungan.
Disampaikannya, 3M Plus adalah program pencegahan DBD yang meliputi menguras bak mandi/penampungan air secara rutin, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang dapat menampung air, serta melakukan langkah-langkah tambahan seperti menggunakan abate, dan upaya pola bersih lainnya.
"Kami berharap dengan upaya bersama, kasus DBD di Kaltim dapat dikendalikan," katanya.