Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Pemprov Kaltim menyebutkan saat ini sudah 17 perusahaan yang mengurus izin investasi di Kawasan Industri Maloy, Kutai Timur.
"Mereka adalah perusahaan-perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pengolahan CPO di Indonesia," kata Kepala Badan Koordinasi Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kaltim, Diddy Rusdiansyah di Balikpapan, Rabu.
Terkait dengan hal itu, lanjutnya, Pemprov terus menyiapkan infrastruktur kawasan industri tersebut, seperti pembangunan jalan, jembatan, hingga pelabuhan khusus peti kemas minyak sawit mentah (CPO).
Rusdiansyah mengatakan Kaltim sangat prospektif dalam pengelolaan produksi turunan CPO, apalagi saat ini terdapat perkebunan kelapa sawit yang luasnya 1,3 juta hektare di Kutai Timur.
Menurut dia, bila rel kereta api dari pedalaman, bahkan juga direncanakan sampai ke Kalimantan Tengah, maka bahan baku CPO juga akan datang dari Kalteng, Kutai Barat, dan Kutai Kartanegara.
"Produksinya sebanyak 5,8 juta ton CPO dari seluruh perkebunan di Kaltim," ungkapnya.
Sementara itu Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak menyatakan, sebagai pelabuhan ekspor CPO, Maloy juga bisa jadi pintu keluar komoditi agrobisnis dari Sulawesi.
Terminal CPO di kawasan industri ini dibangun di atas lahan seluas 115 hektaredengan anggaran dana hingga Rp254 miliar serta berkapasitas bongkar muat 2 ribu ton CPO per hari.
Terminal CPO Maloy menjadi bagian dari Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) koridor Kalimantan. Proyek ini dibiayai dengan anggaran tahun jamak dari pemerintah pusat. Untuk tahap pertama, dana yang dikucurkan mencapai Rp100 miliar.
Gubernur menargetkan terminal CPO Maloy bisa beroperasi pada tahun 2014 ini.
Fasilitas untuk sebagai kawasan industri juga terus dibangun. Selain pabrik-pabrik, di kawasan ini juga akan ada hotel, apartemen, dan pusat perkantoran dengan luas seluruhnya 577 hektare.(*)