Surabaya (ANTARA) - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Partai Amanat Nasional (PAN) sukses sebagai partai politik terbuka dengan merangkul semua kalangan, termasuk warga Nahdlatul Ulama (NU).
"PAN saat ini alami perubahan komunikasi yang signifikan, Zulhas (Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN) berhasil membawa PAN tidak saja lekat dengan Muhammadiyah, tetapi lebih dari itu, misalnya dengan NU," kata Dedi Kurnia Syah dalam keterangannya di Surabaya, Minggu.
Dedi juga menyoroti komentar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf yang pernah melontarkan pernyataan bahwa nahdiyin diperbolehkan memilih PAN pada Pemilu 2024.
Hal tersebut, lanjut dia, menggambarkan kedekatan PAN dengan NU yang makin erat.
"Bahkan, Ketua Umum PBNU secara tegas menyatakan jika warga NU tidak haram memilih PAN, justru terbalik dengan statemen pada PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)," ucapnya.
Kedekatan PAN dengan NU terlihat dari banyaknya tokoh santri nahdiyin yang bergabung dengan partai besutan Zulkifli Hasan tersebut.
Seperti halnya Gus Syaiful Nuri (Mas Ipung) dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Gus Ahmad Abdul Qodir dari Ponpes Syaikh Abdul Qodir Jailani.
Bergabungnya tokoh-tokoh dari pesantren tersebut, lanjut dia, tentu menambah optimisme PAN menyongsong Pemilu 2024. PAN pun meyakini dapat mengirimkan wakilnya ke DPR RI melalui tokoh-tokoh santri NU tersebut.
"Tentu ini kabar baik karena ada semacam perluasan target pemilih PAN," ujar Dedi.
Sebelumnya, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur K.H. Marzuki Mustamar mengatakan bahwa PAN pada era kepemimpinan Zulkifli Hasan sudah makin dekat dengan NU.
Marzuki mengatakan hal itu ketika Zulkifli Hasan melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur untuk menghadiri Musyawarah Kerja Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Pesantren Mojosari beberapa waktu lalu.
Saat itu, Zulhas menjelaskan bahwa NU sebagai organisasi yang sangat besar tentunya sangat berpotensi untuk mendorong kebangkitan ekonomi umat.
"Semua tahu potensi NU dengan ribuan pesantrennya. Kami harus dukung NU untuk menjadi pelopor kebangkitan ekonomi keumatan, terutama lewat pesantren-pesantren serta para pengusaha NU," ujarnya.