Samarinda (ANTARA) - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menggelar kuliah tentang kebhinnekaan dengan mendatangkan pemikir kebinekaan Sukidi dalam rangka memperjuangkan kesetaraan dan keragaman, guna meningkatkan etos kerja.
Kuliah tentang kebhinnekaan tersebut diikuti dua ratusan karyawan Pupuk Kaltim, beserta anak perusahaan, JVC dan Yayasan yang berlangsung di Kantor Pusat Pupuk Kaltim, Senin (12/6).
“Kami menyambut positif sekaligus mengapresiasi kuliah kebhinnekaan oleh Sukidi, guna meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan seluruh insan perusahaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia,” ujar Direktur Operasi dan Produksi Pupuk Kaltim Hanggara Patrianta melalui Press Release yang diterima antara Kaltim di Samarinda, Rabu.
Ia menyampaikan, penerapan nilai-nilai Pancasila dan kebinekaan di lingkungan Pupuk Kaltim senantiasa dipegang teguh dalam mendorong peningkatan kinerja perusahaan.
Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap saling dukung dan menghargai keragaman melalui slogan Unity in Diversity, yang terus digaungkan oleh Pupuk Kaltim dalam membangun soliditas dan kolaborasi dengan semangat yang tinggi.
"Sebab kekompakan seluruh insan perusahaan menjadi modal utama Pupuk Kaltim menghadapi tantangan, sekaligus menangkap setiap peluang yang ada, dengan semangat solidaritas, toleransi dan saling menghargai menjadi landasan Pupuk Kaltim agar semakin besar dan kuat yang tertanam melalui jiwa korsa," kata Hanggara.
Ia pun berharap melalui kegiatan tersebut seluruh insan Pupuk Kaltim dapat terus memperkuat kesadaran kebhinnekaan sebagai bangsa Indonesia, yang senantiasa menjunjung nilai Pancasila serta semangat juang untuk menjadi lebih baik.
Menurutnya, hal tersebut menjadi bagian dari komitmen Pupuk Kaltim bagi kemajuan bangsa, dengan memupuk rasa cinta tanah air dan saling menghargai antar sesama khususnya di lingkup perusahaan.
"Pupuk Kaltim telah merepresentasikan spirit kemajemukan, karena seluruh karyawan berasal dari suku, agama dan latar belakang berbeda. Hal ini tidak menjadi penghalang, tetapi justru semakin memperkuat rasa kebersamaan sebagai kesatuan utuh dalam mendukung kemajuan perusahaan, demi menopang ketahanan pangan dan perekonomian nasional," beber Hanggara.
Sementara itu, Pemikir kebhinnekaan Sukidi pada Kuliah Kebinekaan bertema "Pancasila, Gotong Royong, dan Impian Indonesia Emas 2045" memaparkan, nilai-nilai moral bangsa, Kebhinekaan harus dirawat, dilestarikan, dan dijunjung tinggi sebagai prinsip moral hidup bersama secara setara dan harmonis.
Sukidi mengajak peserta untuk menjiwai moto bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika, agar seluruh komponen bangsa mampu membangun mozaik indah kebinekaan Indonesia dengan tali ikatan persatuan dan kesatuan.
“Indonesia harus selalu berdiri tegak di atas fondasi kemajemukan yang terdiri dari berbagai suku, ras, adat, dan agama. Kebhinnekaan telah menjadi Konsensus bangsa, jika ada pihak-pihak yang berhasrat untuk merobek-robek konsensus kebhinekaan, maka tindakan itu sama saja dengan menghancurkan konsensus kita sebagai bangsa yang berbhineka," ujar Sukidi.
Ia menegaskan, tugas generasi sekarang adalah merawat warisan luhur kebinekaan yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa sebagai fondasi nilai untuk memajukan Indonesia yang selalu berdiri tegak dan kokoh di atas kebhinekaan.
Untuk itu, Sukidi mengingatkan bahwa kebinekaan hanya dapat berdiri tegak dengan tiga syarat utama: pertama, kebinekaan harus selalu disertai dengan sikap dasar toleransi untuk menumbuhkan tenggang rasa, tepo seliro, dan saling menghargai antar sesama warga, tanpa adanya perbedaan “mayoritas” dan “minoritas” dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa.
“Republik ini didirikan untuk melindungi seluruh warga negara,” tegas Sukidi.
Kedua, kebhinnekaan juga harus disertai dengan etika untuk saling memberikan rasa respek antar sesama warga secara setara , yakni ethic of mutual respect, karena setiap warga selalu memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang wajib dihormati oleh siapa pun.
Terakhir, katanya, kebhinnekaan hanya mungkin tegak jika setiap warga bergotong royong untuk merayakan dan membangun Indonesia yang beragam . Sebab Bhineka Tunggal Ika harus disertai sikap untuk terlibat aktif dalam mewujudkan persatuan dalam keragaman.
“Tiga hal ini harus menjadi pegangan utama dalam merawat dan memajukan kebinekaan Indonesia," seru Sukidi.
Sukidi mengajak keluarga besar Pupuk Kaltim untuk senantiasa membumikan Pancasila, dengan spirit gotong-royong yang menjadi inti Pancasila itu sendiri, untuk menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia.
“Falsafah kebinekaan dan Pancasila menjadi bintang penuntun dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Sukidi berpesan agar Pupuk Kaltim berdiri di garda terdepan untuk menjadi teladan dalam mewujudkan spirit persatuan dalam kebinekaan. Semangat ini hendaknya terus dikedepankan oleh insan perusahaan, guna menjaga keutuhan Indonesia di tengah tantangan bangsa yang kompleks.