Samarinda (ANTARA) - Struktur ekonomi regional Pulau Kalimantan pada 2022 didominasi oleh Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), yakni memberikan peranan sebesar 52,14 persen dengan PDRB atas dasar harga berlaku Rp921,33 triliun dan atas dasar harga konstan senilai Rp506,15 triliun.
"Menempati posisi kedua dalam struktur ekonomi Pulau Kalimantan adalah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dengan andil sebesar 14,48 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Yusniar Juliana di Samarinda, Rabu.
Kemudian diikuti Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sebesar 14,22 persen, Kalimantan Tengah (Kalteng) sebesar 11,32 persen, dan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) memberikan andil sebesar 7,85 persen.
Secara spasial, perekonomian seluruh provinsi di Pulau Kalimantan sepanjang tahun 2022 mengalami pertumbuhan positif, menempatkan Kalteng sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yang mencapai 6,45 persen.
Selanjutnya Provinsi Kaltara yang tumbuh sebesar 5,34 persen, disusul Kalsel dengan pertumbuhan 5,11 persen, Kalbar mengalami pertumbuhan 5,07 persen, dan Kaltim yang tumbuh sebesar 4,48 persen.
Jika dilihat kondisi Triwulan IV-2022, maka kinerja perekonomian di Kalimantan tumbuh 5,97 persen dibandingkan dengan Triwulan IV-2021 (y-on-y), namun jika dibandingkan dengan Triwulan III-2022, maka kinerja perekonomian Kalimantan Triwulan IV- 2022 tumbuh 2,01 persen (q-to-q).
Sementara itu, produk domestik regional bruto (PDRB) Kaltim 2022 tersebut berasal dari sekitar 20 lapangan usaha, seperti pertambangan dan penggalian dengan andil terbanyak terhadap PDRB Kaltim yang mencapai Rp235,94 triliun, atau 53,24 persen terhadap total PDRB Kaltim atas dasar berlaku 2022 yang sebesar Rp921,33 triliun.
Disusul lapangan usaha industri pengolahan di peringkat kedua dengan andil 15,05 persen atau senilai Rp99,65 triliun, lapangan usaha konstruksi di posisi tiga yang berkontribusi 7,7 persen atau sebesar Rp39,88 triliun.
"Berikutnya adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan andil 7,04 persen atau senilai Rp33,65 triliun, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor berkontribusi 5,16 persen atau Rp30,13 triliun," kata Yusniar.