Samarinda (ANTARA) - Peralihan musim atau pancaroba, kemarau basah mempengaruhi kondisi produksi pertanian dan peternakan di Provinsi Kaltim sehingga dilakukan langkah antisipasi.
Kondisi itu diungkapkan Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan Hortikultura (DPTPH) Kalimantan Timur, Siti Farisyah Yana.
“Contohnya kemarau basah mempengaruhi ketersediaan cabai di Kaltim berkurang sehingga berpengaruh terhadap kenaikan harga,” katanya di Samarinda, Senin.
Meski demikian ketersedian cabai cukup untuk satu pekan dan harga fluktuatif mengarah stabil meski terjadi kemarau basah di beberapa daerah.
Adapun langkah antisipasi pemenuhan kebutuhan pertanian, para petani sudah dipersiapkan alat pompa air untuk wilayah pertanian yang jauh dari sumber air dan juga pengairan dengan membuka embung embung guna antisipasi persawahan.
Menurutnya, berdasarkan laporan yang diterima beberapa daerah di Kaltim mengalami kemarau basah diantaranya di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kabupaten Kutai Timur (Sangatta).
"Dampak kemarau basah di PPU dan sangat terasa, ada sekitar 25 hektar padi sawah mengalami kekeringan, sumber mata air juga jauh dari lokasi kekeringan. Hal serupa juga terjadi di Sangatta ," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, Munawar mengungkapkan pergantian cuaca di musim pancaroba bisa menimbulkan stres pada ayam yang mengakibatkan daya tahan tubuh ayam menurun.
"Sehingga bibit penyakit mudah menyerang, mengakibatkan ayam lebih rentan terhadap penyakit," ucapnya.
Munawar memaparkan, penyakit ayam yang sering terjadi pada musim pancaroba adalah penyakit menyerang saluran pernafasan dan pencernaan. Diantaranya Chronic Respiratory Disease (CRD), Collibacillosis, Snot dan Tetelo/New Castle Disease serta Avian Influenza (AI).
"Pencegahan yang dapat dilakukan ialah melalui manajemen peternakan yang baik, termasuk kebersihan kandang dan peralatan, menjaga suhu, kelembaban, vaksinasi hingga biosekurity," pungkasnya.(Adv/Diskominfo Kaltim)