Bengaluru (ANTARA) - Saham-saham Asia dibuka sebagian besar di wilayah positif pada perdagangan Rabu pagi, bahkan ketika kekhawatiran pertumbuhan global dan data ekonomi AS yang lemah membebani Wall Street semalam.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,35 persen, saham Australia menguat 0,33 persen, dan Seoul dan Taiwan keduanya terangkat 0,61 persen dan 0,2 persen.
Indeks Hong Kong, Shanghai dan CSI300 China dibuka sedikit lebih tinggi, sementara indeks saham Nikkei Jepang turun 0,18 persen.
Di Wall Street, Komposit Nasdaq merosot 2,35 persen dan S&P 500 kehilangan 0,81 persen karena kekhawatiran muncul kembali atas lonjakan inflasi global yang memojokkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga yang agresif, sehingga memperlambat pertumbuhan.
"Masalah The Fed saat ini adalah banyak indikator lemah dan survei menunjukkan perlambatan," kata Steve Englander dari Standard Chartered Bank.
"Sementara data keras tentang aktivitas dan inflasi tidak menunjukkan perlambatan yang akan segera terjadi, sulit untuk mengabaikan hari ketika indeks PMI jasa-jasa S&P, penjualan rumah baru, dan indeks Richmond Fed semuanya berada di bawah ekspektasi terendah."
Penjualan rumah baru di AS turun 16,6 persen bulan ke bulan pada April, penurunan terbesar dalam sembilan tahun, mengirimkan imbal hasil obligasi pemerintah AS turun ke posisi terendah satu bulan karena investor kembali beralih ke tempat yang aman.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 2,768 persen dan imbal hasil obligasi dua tahun turun menjadi 2,464 persen, terendah sejak 19 April, sebelum naik kembali ke 2,483 persen.
Harga emas juga bertahan di level 1.865,39 dolar AS per ounce, setelah naik ke level tertinggi dalam dua minggu pada Selasa (24/5/2022) karena daya tarik logam safe-haven terangkat oleh dolar AS yang lebih lemah dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih rendah.
Harga minyak naik di tengah prospek ketatnya pasokan dengan minyak mentah berjangka AS mencapai 110,45 dolar AS per barel, dan Brent naik menjadi 114,22 dolar AS per barel.
Saham media sosial berada dalam kondisi yang sangat buruk di Wall Street setelah peringatan keuntungan dari Snap membuat sahamnya jatuh 43 persen.
Saham Asia sebagian besar di wilayah positif abaikan penurunan Wall St
Rabu, 25 Mei 2022 11:19 WIB