Samarinda (ANTARA) - Stok minyak goreng baik curah maupun kemasan di Kalimantan Timur (Kaltim) masih mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sampai 3 bulan ke depan, sehingga warga diminta tidak melakukan aksi borong.
"Kebutuhan minyak goreng per bulan untuk sekitar 3,85 juta penduduk Kaltim mencapai 638 ton," ujar Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Perindagkop) dan UKM Kaltim M Yadi Robyan Noor di Samarinda, Rabu.
Sementara itu, stok yang ada mencapai 1.982 ton dan sudah tersebar di 10 kabupaten/kota, sehingga masyarakat diingatkan tidak panik dalam membeli, berbeda dengan bulan lalu yang sempat kesulitan minyak goreng.
Stok sebanyak ini tersebar di berbagai lokasi seperti yang sudah beredar pasar, di gudang penyimpanan,agen maupun distributor dengan jumlah minyak goreng curah sebanyak 30 persen dari total stok yang mencapai 1.982 ton tersebut.
Untuk harga pasar berdasarkan pantauan yang pihaknya lakukan Rabu ini, minyak goreng sawit curah seharga Rp15.833 per kg, sedangkan minyak goreng kemasan rata-rata seharga Rp25.667 per liter.
Dibanding dengan kemarin, harga minyak goreng curah hari ini stabil, sedangkan untuk minyak goreng dalam kemasan mengalami kenaikan harga, yakni dari sehari sebelumnya yang seharga Rp24.758 per liter.
Ia juga mengatakan bahwa keamanan stok di Kaltim bukan hanya minyak goreng, tapi juga semua bahan pangan utama dan kebutuhan pokok lainnya, sehingga ia merasa tenang karena kebutuhan untuk masyarakat tersedia, termasuk minyak goreng yang tidak lagi terjadi antrean.
"Secara umum, stok kebutuhan pokok kita aman. Sementara harga yang sekarang cenderung naik, ini terjadi secara nasional sebagai efek domino dari dinamika global," ucap Roby, panggilan akrabnya.
Bahkan, lanjut dia, secara historis menjelang Ramadhan, saat Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, harga-harga selalu mengalami kenaikan, dampak dari naiknya permintaan konsumen antara 20-40 persen.
"Kebetulan saat ini juga daya beli masyarakat membaik, setelah ada pelonggaran aktivitas masyarakat efek dari endemik COVID-19 yang melandai, didukung ekonomi yang tumbuh positif 2-4 persen," ujar Roby.