Jakarta (ANTARA News) - Kerinduan atas lagu-lagu anak Indonesia yang berkualitas dan digarap serius akhirnya terobati dalam konser "Di Atas Rata-Rata" (DARR).
Acara yang berlangsung du Balai Sarbini, Jakarta, Sabtu (15/6) malam ini merupakan ide dari musisi Erwin Gutawa bersama putrinya Gita Gutawa. Dalam konser ini Erwin sekaligus menjadi produser konser, dan MC bersama Gita.
Konser dibuka dengan tampilan video-video tiga belas anak berbakat dalam proyek "Di Atas Rata-Rata", pencarian bakat ala Erwin dan Gita , masing-masing menyanyikan lagu-lagu anak populer yang berbeda, seperti "Naik Delman", "Menanam Jagung", "Du Di Dam", "Naik Kereta Api", "Tik Tik Bunyi Hujan", dan "Tek Kotek-Kotek".
Video-video tersebut digabungkan membentuk harmoni lagu yang tetap serasi, sekaligus mengundang rasa nostalgia bagi para penonton yang terdiri dari anak-anak, dewasa, hingga usia senja yang menyambutnya dengan gemuruh tepuk tangan.
Dinding panggung pun terbelah dua menampilkan sosok Ari, Dian, Kanya, Noni, Rafi, Sensen, Woro, trio Boy Sopranos (Christo, Saban, Moses), dan AOERA (Naomi, Dea, Rara) dalam balutan kostum warna-warni yang dirancang Citra Subyakto.
Bersama, mereka menyanyikan "Anak Indonesia", disambung oleh lagu daerah "Oray-orayan" (ular-ularan) sambil mempraktekkan gerakan permainan ular naga di panggung. Mereka pun mendendangkan "Cik Cik Periuk" seraya menari kompak dalam koreografi yang sederhana namun mempermanis penampilan.
Iringan dari Erwin Gutawa Orchestra, Impromptu Children Choir, juga bintang tamu musisi dan penyanyi seperti Sandhy Sondoro, Dira Sugandi, Barry Likumahuwa, dan Dennis Junio seakan menegaskan pernyataan Erwin yang sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak main-main dalam menggarap konser DARR.
Menonjolkan karakter
Setiap anak yang dibina dalam proyek Erwin Gutawa dan Gita Gutawa tersebut memiliki karakter dan kelebihan yang beragam. Hal itulah yang dikemas sehingga konser DARR menyuguhkan menu bervariasi sehingga penonton tidak bosan.
Suara-suara sopran diwakili oleh Dian (11) yang tampil manis mengenakan gaun bernuansa kuning menyanyikan "Kupu-Kupu" dengan suara mezzo sopran yang merdu, juga trio Boy Sopranos (Sabian, Moses, Christo) yang membawakan "Damai Bersamamu" dengan suara jernih dan memukau. Nuansa sendu menyeruak saat Ari (11) yang bersuara jernih melantunkan lirik-lirik dalam lagu "Ayah" yang dinyanyikannya dengan penuh penghayatan.
Tidak ketinggalan musik tradisional yang diwakili dalang cilik bernama Woro. Anak berusia 11 tahun itu menampilkan aksi mendalang sebelum membawakan "Walang Kekek" dalam cengkok tradisional Jawa yang khas. Keponakan sinden Sruti Respati itu mengisahkan Srikandi yang sedang belajar memanah dalam bahasa Jawa di atas panggung dengan luwesnya.
Rafi Daeng (13) yang karakter vokalnya kental nuansa jazz pun menunjukkan bakatnya dalam bermain piano. Setelah mengajak para penonton menyanyi bersama "Do be do" yang sarat dengan improvisasi jazz (scating), dia pun duduk di belakang piano. Ditemani tempo dari beatbox dan alunan saksofon Dennis Junio, Rafi menyanyikan sekaligus memainkan musik lagu anak-anak populer "Balonku" dalam versi unik dan keren.
Erwin Gutawa juga menggaet orang-orang yang kemampuannya tidak diragukan lagi dalam tim kreatif konser DARR. Jay Subyakto, Ria Leimena, Inet Leimena, Taba Sabchabakhtiar, dan Ria Sirjono didapuk untuk mengurus sisi kreatif dalam konser yang dipersiapkan dalam jangka waktu sebulan.
Hasilnya tidak mengecewakan. Kanya (15) yang karakter vokalnya lembut dan pandai menyanyikan lagu jazz membawakan "Melati Suci" semakin memukau saat tampil di dalam panggung kecil berbentuk bunga putih yang kelopaknya dapat membuka dan menutup. Penampilan Kanya juga ditemani musisi papan atas, yaitu betotan bass Barry Likumahuwa dan alunan harmonika Rega Dauna.
Penggabungan beragam disiplin ilmu seni dibalut teknologi menghasilkan kolaborasi Sensen (12) dan Titiek Puspa membawakan lagu "Apanya Dong".
Meski tidak hadir di panggung, Titiek Puspa muncul dan bernyanyi dalam video yang sudah direkam sebelumnya. Video tersebut ditampilkan di latar panggung secara interaktif, dipadukan dengan iringan orkestra dan nyanyian Sensen.
"Kalau bikin pertunjukan nggak bisa cuma satu disiplin seni, nggak cuma musik dan panggung artistik. Teknologi sangat membantu. Ini melibatkan video mapping, direkam, dan disinkronisasi dengan lagu yang dinyanyikan live," jelas Erwin Gutawa.
Daur ulang lagu
Selain membawakan lagu anak populer, lagu dari album "Di Atas Rata-Rata", dan lagu anak daerah, beberapa lagu anak yang pernah populer di era 90an juga diaransemen ulang oleh Erwin Gutawa dalam beragam interpretasi yang sesuai dengan karakter mereka.
Tiga lagu bertemakan ibu dibawakan oleh Dian, Woro, dan Ari. "Ambilkan Bulan, Bu", "Kasih Ibu", dan "Cinta Untuk Mama" yang dulu dipopulerkan Kenny.
Lagu "Air" atau sering dikenal "Diobok-obok" pun dibawakan dengan nuansa blues oleh Sensen bersama Sandhy Sondoro. Keduanya melanjutkan duet dengan "Jangan Marah" yang dipopulerkan Trio Kwek Kwek.
Tidak hanya itu, Erwin Gutawa dan Gita Gutawa juga menyiapkan lagu-lagu populer yang liriknya sesuai untuk anak.
"Sahabat Sejati" dari Sheila on 7 dibawakan oleh Noni (13) sambil memainkan piano pink bermotif bunga-bunga ramai yang berkolaborasi dengan Kanya.
Keduanya beserta Rafi dan Sensen melanjutkan kolaborasi dengan menyanyikan "Kepompong" yang dipopulerkan Sindentosca dengan apik.
Trio AOREA (Naomi, Rara, Dea) yang masing-masing memiliki karakter vokal kuat memadukan suara mereka dalam harmoni dan memukau penonton dengan melantunkan "Beautiful" dari Cherrybelle dan "Senyum Semangat" dari boyband SM*SH. Dua lagu yang diaransemen sehingga terdengar lebih megah dan elegan semakin indah saat Dira Sugandi ikut bergabung dan menari dalam koreografi yang kompak.
Akan berlanjut
Ekspresi bahagia jelas nampak di wajah tiga belas anak itu usai pertunjukan. "Seru banget! Dua jam nggak terasa!" ungkap mereka yang sebagian besar baru pertama kali tampil dalam sebuah konser.
Gita Gutawa mengungkapkan rasa bangganya terhadap DARR generasi pertama yang membuktikan bahwa anak-anak Indonesia punya potensi besar di bidang seni dan musik.
"Bangga banget dengan semua anak ini. Konser ini adalah waktunya mereka untuk bersinar, aku dan papa hanya mendukung mereka," ujar Gita usai konser.
Gita dan Erwin Gutawa yang berperan sebagai pembawa acara di konser DARR itu juga bersyukur dengan sambutan baik dari penonton malam itu.
Konser yang digarap dalam waktu relatif singkat, yaitu sebulan, cukup menantang karena anak-anak itu tinggal di berbagai kota di luar Jakarta. Sebagian anak harus rela bolak-balik antar kota agar bisa berlatih menjelang konser. Erwin mengatakan, sebagian dari anak-anak "Di Atas Rata-Rata" sedang menjalani tahun terakhir di sekolah dasar sehingga dia harus menyesuaikan jadwal latihan dengan kesibukan ujian nasional.
"Saya percaya anak-anak ini nggak akan terlantar sekolahnya karena mereka pintar semua. Prinsipnya, sekolah nggak boleh ditinggal," jelasnya.
Komponis kenamaan itu berharap agar konser ini dapat menjadi awal yang baik bagi anak-anak berbakat itu untuk menunjukkan eksistensi mereka di dunia musik Indonesia.
"Insya Allah kami akan bawa ini ke luar kota agar mereka yang di luar kota juga bisa menonton. Untuk pembuktian bahwa walaupun mereka muda, mereka bisa tampil bagus," ungkap Erwin.
Proyek Di Atas Rata-Rata merupakan aksi dari Erwin dan Gita dalam menanggapi industri musik Indonesia yang dinilainya kurang mengapresiasi musik untuk anak.
Musisi yang kerap memproduseri konser musik dari artis papan atas seperti Harvey Malaiholo, Ruth Sahanaya, dan Chrisye itu pun berjanji akan melanjutkan proyek Di Atas Rata-Rata untuk generasi selanjutnya seraya berharap agar banyak dukungan mengalir untuk menghidupkan kembali musik anak Indonesia. (*)
Konser "Di Atas Rata-Rata" Pestanya Musik Anak Indonesia
Minggu, 16 Juni 2013 16:33 WIB