Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi merisaukan naiknya angka kematian ibu melahirkan di Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 106 kematian per 1.000 ibu melahirkan pada awal 2013.
"Kami risau melihat angka itu," kata Menteri Mboi saat meresmikan bangunan baru Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo, Jalan MT Haryono, Balikpapan, Jumat (22/3).
Angka itu meningkat dari 90 kematian per 1.000 ibu melahirkan pada 2010. Angka tersebut juga menjadikan Kaltim ada di peringkat ke-5 tertinggi kematian ibu melahirkan secara nasional.
"Ini cukup mengkhawatirkan. Saya ingatkan petugas kesehatan, bayangkan itu ibu kita yang meninggal saat melahirkan," lanjutnya.
Kementerian Kesehatan menargetkan angka kematian ibu melahirkan itu tidak lebih dari 2,1 per 100 kelahiran di 2014 mendatang. Saat ini rata-rata nasional mencapai 2,6 kematian per 100 kelahiran.
Karena itu, menurut Menteri Kesehatan, walaupun Pemerintah Provinsi Kaltim memberikan anggaran yang besar, memiliki gedung rumah sakit yang bagus dengan cukup fasilitas namun bila para tenaga kesehatan belum dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan itu berarti belum memenuhi kewajiban sebagai tenaga kesehatan yang baik.
Menkes Mboi juga menjelaskan penyebab tingginya angka kematian ibu melahirkan tersebut, yaitu usia ibu saat hamil masih terlalu muda, yaitu masih belasan tahun, lalu ibu yang hamil pada usia di atas 30 tahun, kemudian ibu melahirkan terlalu rapat (biasanya dua kelahiran dalam jarak 12 bulan atau setahun).
"Perhatian kepada bapak-bapak, jangan terlalu rajin menyatakan cinta sayang pada istri hingga istrinya hamil dan menghasilkan kelahiran lagi. Tapi jangan juga cari yang lain...," seloroh Menkes.
Oleh sebab itu, katanya, program Keluarga Berencana kembali menjadi hal penting. Suami dan istri bersepakat mengatur jarak kelahiran anak-anak mereka agar semuanya optimal dan selamat.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Tini Retno Sukesih memang terjadi kecenderungan peningkatan angka kematian ibu melahirkan antara 2010 hingga 2012 lalu.
Karena itu, tutur Retno Sukesih, Dinas Kesehatan melakukan penguatan pelayanan kesehatan dasar dimulai dari pos pelayanan terpadu (Posyandu) di lingkungan, Puskesmas di lingkup desa dan kecamatan, hingga rumah sakit.
"Termasuk pelayanan rujukan, di mana rumah sakit menyiapkan sarana dan tenaga medis," katanya.
Kepala Dinas Sukesih juga menyebutkan persoalan jarak antara pelayanan kesehatan dengan masyarakat juga menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu melahirkan.
"Karena itu kita upayakan pencegahan agar keluarga menjaga istri agar tidak melahirkan terlalu muda, melahirkan terlalu tua, melahirkan terlalu rapat, dan tidak melahirkan terlalu banyak," kata Kadis Kesehatan.
Di sisi lain, Kadis Kesehatan juga menyebutkan bahwa angka kematian ibu melahirkan naik karena masyarakat turut melaporkan kasus yang mereka ketahui atau mereka alami.
"Kami melakukan apa yang disebut program audit maternal perinatal (AMP). Kalau ada ibu meninggal saat melahirkan kami lihat dan audit apa penyebabnya. Mungkin sekarang dengan adanya AMP masyarakat berani melaporkan sehingga angkanya seperti itu," demikian Kadis Kesehatan Kaltim Retno Sukesih. (*)