Wajah Hj. Aspiah (42), kader Posyandu dari Kalimantan Timur, berbinar saat namanya disebut sebagai juara pertama Kader Posyandu Peduli TAT (Tumbuh Aktif Tanggap) tingkat nasional yang berhak mengantongi hadiah senilai Rp 6,5 juta.
Pemilihan kader tingkat nasional merupakan bagian dari kegiatan Gerakan Posyandu Peduli TAT yang diselenggarakan atas kerjasama Tim Penggerak PKK Pusat dan Nestle DANCOW Batita, bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan fungsi sumber daya manusia kader dan Posyandu di tengah masyarakat sebagai garda depan kesehatan.
Sebagai kader Posyandu Peduli TAT terbaik tingkat nasional, Aspiah dinilai mampu menerapkan dan menyosialisasikan tiga indikator Tumbuh-Aktif-Tanggap dengan baik, serta mampu sebagai teladan, penggerak, motivator, komunikator, pendamping dan pemberi pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat dalam mewujudkan Posyandu Peduli TAT.
Ibu dari empat anak ini mengaku tidak menyangka kiprahnya selama 25 tahun di PKK dan Posyandu berbuah manis. "Saya tak menyangka bisa menang. Apa yang selama ini saya lakukan semata-mata demi kepedulian kepada masyarakat, khususnya para ibu agar mau membawa anaknya ke Posyandu," ujarnya.
Aspiah mengungkapkan selama rentang panjang perjalanan berkiprah di Posyandu bukanlah hal mudah. Banyak tantangan dan penolakan yang dihadapinya. Namun toh itu tak menyurutkan tekad mantan guru taman kanak-kanak ini berbuat sesuatu untuk masyarakat.
"Awalnya sangat sulit meyakinkan para ibu membawa anak-anak mereka ke Posyandu. Apalagi untuk imunisasi, karena alasan mereka setelah imunisasi, anak-anak malah menjadi panas," kenangnya.
Namun Aspiah terus berusaha meyakinkan bahwa imunisasi penting dilakukan karena turut menentukan status kesehatan anak kelak.
"Agar menarik minat para ibu datang ke Posyandu, kami memberikan reward khusus untuk ibu yang rajin datang selama satu tahun, misalnya dengan mainan edukatif. Hal ini ternyata berhasil menarik minat para ibu," ujarnya.
Dulu Posyandu hampir identik dengan aktivitas yang rutin yaitu menimbang berat badan, mengukur tinggi badan serta memberikan makanan tambahan. Namun dengan adanya Posyandu Peduli TAT, kegiatan di Posyandu menjadi lebih berwarna dan bervariatif.
"Posyandu TAT tak hanya mengukur berat dan tinggi badan anak, namun juga bisa ukur lingkar kepala, memberikan makanan tambahan, mengajarkan mainan edukatif sesuai umur, konsultasi dengan ahli gizi dari Puskesmas, hingga check list tumbuh kembang anak. Ini menjadi alasan kuat para ibu datang ke Posyandu," urai Aspiah.
Sebelumnya Aspiah sama sekali tidak mengetahui tentang pentingnya manfaat Posyandu Peduli TAT, tapi setelah mendapatkan pelatihan dan edukasi dari dari Tim Penggerak PKK Pusat dan ahli gizi Nestle Indonesia dengan berpedoman pada Modul Gerakan Posyandu Peduli TAT, akhirnya Aspiah menyadari manfaat dari 3 indikator Tumbuh Aktif dan Tanggap.
Modul Gerakan Posyandu Peduli TAT yang diberikan kepada para kader Posyandu sebagai pedoman pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hasil rumusan para ahli yaitu ahli gizi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli psikologi Dra. Mayke Tedjasaputra, M.Psi, serta tim ahli PKK Pusat dan tim Nestlé Indonesia.
Aspiah secara lancar menjelaskan tentang 3 tanda TAT (Tumbuh Aktif Tanggap). Tumbuh adalah proses pertumbuhan anak secara fisik. Cek pertumbuhan anak bisa dilakukan dengan menimbang berat badan, pengukuran tinggi badan dan pengukuran lingkar kepala anak.
"Anak di bawah satu tahun harus mendapatkan imunisasi, juga asupan makanan sesuai usia. Demikian juga untuk anak batita," kata dia.
Aktif artinya keaktifan anak akan berkembang sesuai dengan umurnya. Para ibu bisa mengecek keaktifan anak melalui kemampuan gerak kasar, gerak halus, rasa ingin tahu yang besar dan keinginan melakukan sendiri. "Anak usia 16-19 bulan misalnya bisa berdiri, dan berjalan perlahan-lahan," kata Aspiah memberi contoh.
Sedangkan Tanggap adalah kemampuan anak merespons stimulasi yang diberikan atau hal-hal yang ada di lingkungannya. Orangtua bisa melakukan cek tanggap seorang anak melalui kemampuan bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain, bermain, mengekpresikan emosinya serta belajar untuk mandiri.
"Anak yang tanggap bisa berkomunikasi dengan baik. Misalnya jika disebut namanya, anak akan menoleh," ujarnya.
Hal baru yang disukai para ibu di Poyandu TAT, kata Aspiah, adalah adanya alat peraga edukatif, yang disesuaikan dengan umur anak. "Para ibu menjadi paham, bahwa memberikan alat peraga edukatif sesuai umur akan memberikan rangsangan optimal bagi perkembangan otak anak. Bermain ternyata bisa mendatangkan manfaat bagi kecerdasan anak. Ini hal yang baru buat mereka," ujar Aspiah.
Kiprah Aspiah terjun di Posyandu dan kemudian membuatnya 'jatuh cinta' meskipun sebagai kader Posyandu tak mendatangkan keuntungan materi, berawal dari keprihatinan.
"Ketika itu tidak ada yang mau jadi kader. Namun saya melihat sebenarnya ada banyak sekali manfaat Posyandu, tidak hanya untuk anak tapi juga ibu. Atas seizin suami, saya putuskan untuk berbuat sesuatu," kata Aspiah mengenang awal kiprahnya menggerakkan Posyandu Kemuning di Desa Muara Badak Uluh, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Posyandu yang diasuh Aspiah kini berjumlah enam buah. Sebulan sekali dia berkeliling dari satu Posyandu ke yang lain untuk memberikan penyuluhan bersama 31 kader lain yang berhasil dibinanya.
"Kalau cuma disuluh tanpa diberi contoh akan sulit. Jadi biasanya kader akan member contoh, baru para ibu mau mengikuti. Misalnya tentang pentingnya memberikan ASI untuk bayi, bagi kader yang tengah memiliki bayi akan memberikan contoh cara menyusui yang benar, termasuk bagaimana makan makanan bergizi agar ASI-nya berkualitas," kata perempuan yang menikah muda, setelah lulus SMP.
Tidak hanya tentang kesehatan anak, kegiatan Posyandu juga menyentuh pada upaya kesehatan masyarakat. "Posyandu kami hanya berjarak 150 meter dari Puskesmas. Jadi dokter atau bidan bisa berkunjung dan membantu memberikan penjelasan untuk masalah yang mungkin dihadapi ibu dan anak. Bahkan Camat pun sampai turun tangan memberikan penjelasan, misalnya pentingnya pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue," tutur Aspiah.
Disinggung soal hadiahnya, Aspiah mengatakan sebagian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan Posyandu agar lebih optimal memberikan pelayanan masyarakat.
"Saya berencana membelanjakan sebagian untuk membeli seragam buat kader, juga menambah reward agar ibu-ibu makin semangat datang ke Posyandu," ujar Aspiah.
Sampai kapan akan berkiprah di Posyandu? "Selama saya masih bisa bergerak, saya akan menyumbangkan tenaga dan pikiran saya. Saya berharap ada kader-kader muda yang akan menjadi penerus karena manfaat Posyandu sangat besar," harapnya.
Sementara Ketua Umum Tim Penggerak (TP) PKK Pusat Hj. Vita Gamawan Fauzi di sela-sela acara pengumuman Juara Kontes Kader dan Posyandu Nasional di Hotel mercure (18 Oktober 2012) menilai bahwa kegiatan Gerakan Posyandu Peduli Tumbuh Aktif Tanggap (TAT) merupakan cara efektif dalam merevitalisasi dan meningkatkan kualitas Posyandu agar mampu memberikan pelayanan optimal untuk masyarakat.
"Melalui gerakan ini peserta kader posyandu diharapkan mampu membuat rencana kegiatan pengembangan Posyandu Peduli TAT yang sesuai dengan situasi, kondisi serta mampu meningkatkan kinerja mereka dengan memiliki bekal pengetahuan yang cukup mengenai aspek tumbuh kembang anak," pungkas Vita. (*)
Sumber : Rilis Image Dinamics