Surabaya (ANTARA) - Bus biru tua berpelat merah berhenti tepat di depan pintu gerbang sisi barat Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya, Jumat (26/2) siang.
Belum tepat pukul 13.00 WIB saat itu, satu per satu penumpangnya turun. Mereka mengenakan pakaian dinas upacara (PDU) berwarna putih lengkap dengan topi PDU pet yang belum ada emblem dan pangkatnya.
Ada 12 orang berseragam sama dan didampingi pasangan masing-masing. Mereka adalah pasangan kepala daerah, yaitu pasangan calon bupati/wakil bupati dan paslon wali kota/wakil wali kota terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020.
Mereka akan dilantik Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai kepala daerah di ruang barat Gedung Negara Grahadi.
Sebelum melintasi gerbang, semuanya diminta berbaris satu per satu dan dikawal oleh petugas praja dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Karpet merah yang digelar dan dikelilingi bunga-bunga hiasan harus dilalui para kepala daerah. Puluhan praja yang berdiri berjajar saling berhadap-hadapan memberikan penghormatan.
Mereka adalah pasangan calon Wali Kota/Wakil Wali Kota Blitar, Bupati/Wakil Bupati Jember, Bupati/Wakil Bupati Malang, Bupati/Wakil Bupati Blitar, Wali Kota Pasuruan/Wakil Wali Kota Pasuruan, dan Bupati/Wakil Bupati Mojokerto.
Tiba di urutan pasangan kelima yang masuk, wajahnya tak asing bagi masyarakat Jawa Timur. Ia adalah Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul. Seragamnya sama dengan yang lain tapi dibedakan pita kuning bergaris merah mengalungi lehernya. Itu adalah lencana penghargaan yang pernah diterimanya dari Presiden RI.
Pada Pilkada 9 Desember 2020, ia yang berpasangan dengan Adi Wibowo meraih suara terbanyak dibandingkan Raharto Teno Prasetyo-M. Hasjim Asjari.
Rekapitulasi hasil perolehan suara menetapkan Saifullah Yusuf-Adi Wibowo dengan raihan sebanyak 73.236 suara atau 67,9 persen.
Sementara Raharto Teno Prasetyo-M. Hasjim Asjari memperoleh suara sebanyak 34.572 atau 32,1 persen.
Masuk gerbang Grahadi, bukan hal istimewa sebenarnya baginya. Sebab, 10 tahun ia ngantor di sana. Mulai 2009 hingga 2019, hampir setiap hari berdinas dan menyempatkan menerima tamu di ruangan dinasnya. Tapi kini beda, Gus Ipul datang kembali ke Grahadi sebagai tamu.
Usai melintasi pintu metal detektor, jelas terlihat Gus Ipul yang didampingi istrinya, Fatma Saifullah Yusuf berjalan perlahan sembari mengangkat tangannya menyapa sejumlah undangan maupun petugas.
Suatu momen yang biasa bagi Gus Ipul, karena selama ini bapak empat anak itu dikenal ramah dan senang menyapa siapa saja, termasuk Satpo PP sekalipun.
Tangannya tak berhenti melambai selama berjalan di karpet merah. Melihat Gus Ipul menyapa, Wakil Bupati Ady Wibowo tak mau ketinggalan dan ikut melambaikan tangan ke arah wartawan yang menunggu kedatangannya. Selama ini, Gus Ipul juga dikenal sangat dekat dengan insan pers.
"Selamat datang kembali di Grahadi Gus Ipul," celetuk salah seorang wartawan dari tenda yang sengaja didirikan di halaman barat Grahadi.
Dilantik Khofifah
Tepat pukul 13.30 WIB, ruangan pelantikan sudah siap dan Gubernur Khofifah segera masuk memimpin proses pengambilan sumpah jabatan.
"Demi Allah saya bersumpah, akan memenuhi kewajiban saya sebagai Wali Kota Pasuruan dengan sebaik-baiknya, dan seadil-adilnya memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa," ucap Khofifah yang ditirukan Gus Ipul.
Prosesi pelantikan dilanjutkan penandatanganan berita acara pengambilan sumpah dan pakta integritas oleh pasangan kepala daerah, serta Gubernur Jatim.
Berikutnya, prosesinya adalah pemasangan tanda pangkat dan tanda jabatan dan penyerahan petikan surat keputusan oleh gubernur ke para pasangan kepala daerah.
Setelah pelantikan kepala daerah, di tempat sama juga dilakukan pengambilan sumpah jabatan ketua TP PKK dan Dekranasda enam kabupaten/kota yang dipimpin Ketua TP PKK dan Dekranasda Jatim Arumi Bachsin.
Istimewanya, Gus Ipul tak sekadar mantan Wakil Gubernur Jatim, tetapi juga pernah menjadi lawan politik Khofifah pada Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Jawa Timur 2018.
Gus Ipul yang merupakan petahana menggandeng politikus PDIP Puti Guntur Soekarno sebagai calon wakil gubernur, sedangkan Khofifah menggandeng Emil Elistianto Dardak.
Namun, Gus Ipul yang sudah dua periode menjabat sebagai wakil gubernur mendampingi Soekarwo kalah di Pilkada Jatim 2018. Bagi Khofifah, pilkada 2 tahun lalu itu adalah kali ketiganya diikuti Khofifah untuk kontestasi sama.
Siap Jadi Anak Buah
Di sela prosesi pelantikan, Gubernur Khofifah menyebut nama Gus Ipul lebih detail memahami pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Di sini ada Gus Ipul yang lebih tahu. Buktinya tanda pin diseragamnya lebih banyak dari saya. Ini membuktikan perjuangan beliau sudah panjang," katanya disambut tepuk tangan undangan.
Khofifah melanjutkan, "Bupati/wali kota kalau mau cari mentor, tidak perlu susah-susah sebab salah satu yang dilantik adalah 'Top Mentor'."
Pada kesempatan sama, Khofifah berharap sinergitas antarpemerintah kabupaten/kota, termasuk dengan Pemprov Jatim, sehingga tercipta kolaborasi demi kemajuan daerah.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu juga berpesan kepada kepala daerah untuk menggalakkan gerakan bangga buatan Indonesia dan bangga wisata Indonesia.
"Pemerintah daerah menyiapkan paket wisata demi memberikan daya tarik wisatawan, lalu merumuskannya dan dikaitkan maksimalisasi seluruh energi pelaku UMKM," tuturnya.
Mendapat atensi khusus dari Gubernur Khofifah, Gus Ipul menegaskan kesiapannya dan harus ditindaklanjuti sebagai upaya peningkatan ekonomi daerah.
"Ibu Gubernur mendorong semangat kita. Tentang mentor itu, sebenarnya penghormatan Ibu Gubernur. Tapi pesannya adalah kami di daerah harus bekerja keras agar Jatim ini bisa menyeimbangkan penanganan pandemi dan ekonomi," katanya.
Gus Ipul lantas mengatakan, "Pokoknya saya siap jadi anak buahnya Bu Gubernur."
Putra Daerah
Lahir 1964 di Pasuruan, Gus Ipul sebenarnya sempat besar di sana. Namun, selepas menempuh pendidikan di madrasah dan pondok pesantren, hingga ke sekolah menengah tingkat atas, ia memutuskan berkuliah di Jakarta sekitar akhir tahun 1980.
Putra dari pasangan Ahmad Yusuf Cholil dan Sholichah Hasbullo itu awalnya bercita-cuita menjadi guru. Pendidikannya diawali di Madrasah Ibtidaiah Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang dan SMP Islam Pasuruan.
Setelah lulus dari SMA, pamannya K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menganjurkan Gus Ipul berkuliah di Jakarta dan ke luar dari Pasuruan. Ia memilih masuk Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Nasional.
Dekat dengan Gus Dur, Gus Ipul terjun ke dunia politik hingga tercatat pernah sebagai anggota DPR RI, menteri, hingga wakil gubernur.
Pada tahun 1999, ia dipercaya menjadi Ketua Umum GP Ansor menggantikan posisi Iqbal Assegaf yang wafat. Setahun berikutnya, Gus Ipul kembali dikukuhkan di jabatan sama.
Meski sempat sebagai anggota legislatif dari PDI Perjuangan, pada tahun 2002 pernah menjabat Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dua tahun kemudian, usai Pemilihan Presiden 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempercayainya sebagai Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal.
Selama puluhan tahun Gus Ipul bekerja di Ibu Kota, lalu pada usia ke-44 tahun, Gus Ipul mendampingi Soekarwo maju dalam Pilkada Jatim 2008 dan dilantik di awal 2009. Lima tahun berselang, kembali pasangan petahana itu dilantik hingga masa jabatan berakhir Februari 2019. Tercatat 10 tahun berdinas di Surabaya.
Setelah kalah pada Pilkada 2018, Gus Ipul "mentas" dari dunia politik. Ia memilih menjadi petani tomat ceri, beternak ikan nila, hingga mengembangkan dua pariwisata dengan membangun destinasi wisata "Pintu Langit" di Pasuruan.
Akan tetapi, pengabdian ke negara kembali karena dipercaya sebagai Komisaris Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, lalu tidak lama sebagai Komisaris Utama PTPN III (Holding).
Namun, karena maju kontestasi pilkada, ia pun mundur dan memilih berikhtiar membangun tanah kelahirannya dengan cara mengabdi sebagai Wali Kota Pasuruan.
Adik kandungnya, Irsyad Yusuf, bahkan sudah lebih dahulu mengabdi sebagai Bupati Pasuruan yang sekarang jalan 2 periode masa jabatan.
"Kota Pasuruan harus lebih baik. Harapan kami, Pasuruan jadi 'Kota Madinah' atau Maju, Indah, dan Harmoni. Pasuruan itu Kota Madinah van Java," kata Gus Ipul.
Meski pernah duduk sebagai anggota DPR RI, menteri, wakil gubernur, dan sekarang "hanya" wali kota, dia menegaskan akan tetap total berjuang menjadikan Pasuruan berkembang.
"Ini bukan soal turun kelas, melainkan soal amanah," ucapnya.
Lebih tentang bagaimana bisa menerima kepercayaan itu dengan baik. Bagi dia yang namanya berjuang itu tidak bisa memandang luas dan sempit, atau besar dan kecil, tetapi adalah targetnya kepentingan rakyat.
Gus Ipul siap jadi anak buah Khofifah
Sabtu, 27 Februari 2021 6:51 WIB
Ini bukan soal turun kelas, melainkan soal amanah,