Sangatta (ANTARA News Kaltim)- Petani Kakao di beberapa desa di Kecamatan Busang, Kabupaten Kutai Timur, mengalami kerugian akibat produksi kakao mereka anjlok hingga 80 persen.
Menurut H. Hasan (60) mengakui, sejak tiga tahun terakhir seluruh petani di desa Rantau Sentosa, Desa Long Bentuk, Long Nyelong dan Long Lees dan desa lainnya mengalami kerugian akibat anjloknya produksi buah kakao.
"Sebelumnya, petani bisa memperoleh hasil puluhan juta rupiah sekali panen setiap dua minggu, tetapi sejak tahun 2010 produksi kakao mulai menurun dan sampai sekarang anjlok hingga delapan puluh persen," katanya, di Sangatta, kamis.
Dia mengatakan, pada periode sepuluh tahun sebelumnya yakni pada awal 1999 hingga 2009 petani kakao di Kecamatan Busang, saat itu masih bergabung dengan Kecamatan Muara Ancalong, sangat makmur dengan menikmati hasil Kakao.
"Awal 999 sampai 2009 Kecamatan Busang menjadi salah satu penghasil kakao terbesar di Kutai Timur bahkan Kalimantan Timur, sehingga bias mengirim buah kakao kering ke Sulawesi Selatan setiap dua minggu minimal 20 ton, katanya.
"Saat itu menantu saya juga menjadi salah satu pengusaha suskes sebagai pengusaha kakao dan setiap dua minggu mengirim sedikitnya 20 ton kakao kering ke Sulawesi Selatan. Tapi sekarang sangat jauh menurun," kata dia menambahkan.
Salah satu penyebannya menurunnya produksi buah kakao kata H. Hasa yakni tingginya serangan hama buah dan hama batang yang secara terus menerus menyerang ke kebun petani.
"Serangan hama ini sangat mematikan dan merusak buah hingga batang-batang pohon kakao,sehingga belum sempat berisi sudah diserang duluan," kata H. Hasan.
Penyebab anjloknya produksi kakao menurut dia, karena minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap usaha petani.
"Sudah sering masalah ini dilaporkan dan tetapi tidak ada perhatian. Biaya operasional semakin tinggi, harga obat-obat dan harga pupuk sangat tinggi sedangkan buah kurang sehingga pendapatan petani jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya," tambahnya.
Camat Kecamatan Busang, Darius Jiu, saat dihubungi membenarkan apa yang dialami petani kakao didaerah itu.
"Benar apa yang disampaikan petani, karena saya sudah melihat langsung di lapangan. Banyak pohon dan buah kakao rusak serta daunnya layu," katanya.
Darius Jiu, mengaku sudah sering mengusulkan kepada UPT Pertanian dan Perkebunan dan dinas terkait, agar dicarikan solusi agar kerugian petani tidak terus terjadi.
Namun sejauh ini belum ada penangangan dari instansi terkait.