Paser (ANTARA) - Pengelolaan demplot tambak silvofishery atau tambak ramah lingkungan yang dilakukan Desa Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser bekerja sama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) merupakan bagian dukungan menjaga kelestarian hutan mangrove di wilayahnya.
Desa Muara Adang sekaligus ingin mencontohkan kepada desa lain pengembangan tambak ramah lingkungan tetap bisa menghidupi masyarakat.
"Selama ini masyarakat mengembangkan tambak secara konvensional. Membuka hutan yang ada. Makanya kita awali memadukan menanami mangrove di tambak," ujar Kepala Desa Muara Adang Kurniansyah saat mengajak Tim Kunjungan Jurnalistik FCPF Carbon Fund 2020-2024, mengunjungi demplot, di Desa Muara Adang, Sabtu (14/11).
Pengelolaan demplot diawali setelah masyarakat desa diajak mengikuti pelatihan pengembangan tambak demplot tambak silvofishery oleh BKSDA di Sumatera Utara.
Kemudian ditindaklanjuti bekerjasama dengan BKSDA melakukan penanaman mangrove di dalam tambak masyarakat. Pada tahap awal seluas 25 hektare tersebar di beberapa wilayah di Desa Muara Adang.
Ke depan diharap masyarakat secara sadar tidak mengembangkan tambak dengan membuka hutan. Dan secara aktif menanami tambak yang sudah terlanjur terbuka dengan tanaman mangrove baru.
"Coba giring pemikiran masyarakat bagaimana bisa berkembang tambah ramah lingkungan, " katanya.
Tidak hanya itu, tahun ini Desa Muara Adang bekerjasama dengan Badan Pengeloal Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung (BPDAS HL) Mahakam Berau melakukan penanaman bibit mangrove seluas 70 ribu hektare.
Pendekatannya dengan sistem padat karya penanaman mangrove atau melibatkan masyarakat lokal sebagai pekerjanya.
Pekerjanya sebanyak 200 orang dengan upah Rp130 ribu per hari.
Termasuk kegiatan penanaman mangrove dibibir pantai program kepedulian sosial CSR Perusahaan Kideco.