Paser (ANTARA) - Kepala Desa Muara Adang,Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kurniansyah mengklaim di wilayah desanya masih memiliki 3 ribu hektare hutan mangrove yang belum terjamah karena warganya sadar dan memelihara kawasan tersebut.
"Sebelum Desa Muara Adang ditetapkan termasuk dalam program pengurangan emisi karbon berbayar Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Carbon Fund, warga sudah memiliki kesadaran menjaga hutan mangrove," katanya saat menerima kunjungan tim jurnalistik FCPF Carbon Fund 2020 - 2024, di Balai Desa Muara Adang, Jumat (13/11) malam.
Ia menjelaskan desa Muara Adang dengan jumlah penduduk 1.783 jiwa dan 642 KK telah menjadikan kelestarian hutan alam mangrove cagar alam sebagai kebutuhan. Mengingat aktivitas ekonomi masyarakat bergantung pada alam yakni sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional.
Menurutnya dengan menjaga kelestarian hutan mangrove dinilai dapat mengurangi dampak pemanasan global. Saat ini terjadi peningkatan air laut makin tinggi dan suhu terasa panas, dengan menjaga hutan mangrove bisa mengurangi dampak-dampak alam tersebut.
Dikemukakannya warga Desa Adang selain menjaga dan melestarikan hutan mangrove yang ada, juga sudah dua kali melakukan penanaman mangrove bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
"Khusus tahun 2020 dilakukan penanaman 175 ribu bibit mangrove seluas 105 hektare. Penanaman dilakukan dengan sistem padat karya mangrove atau melibatkan masyarakat lokal sebagai pekerjanya," kata Kurniansyah.
Menanggapi Desa Muara Adang akan menjadi salah satu desa yang ditunjuk untuk ikut program penurunan emisi Kurniansyah menyambut baik dan menjadi berkah.
"Kalau dilihat paparan terkait pelaksanaannya, yang diperoleh dari program ini sangat baik untuk dunia dan masyarakat Desa Muara Adang. Saya berterima kasih bisa masuk program FCPF Carbon Fund , karena daerah pesisir sangat erat dengan perubahan iklim," tuturnya.