Nunukan (ANTARA News Kaltim) - Nelayan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, meminta pemerintah mempertimbangkan kondisi wilayah yang berbatasan dengan Malaysia itu ketika menetapkan kebijakan tentang pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Rencana pemerintah pusat yang akan mengurangi stok bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 Mei 2012, seharusnya juga mempertimbangkan kondisi masyarakat yang berdomisili di pelosok khususnya di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan," kata Masita, seorang nelayan di Perkampungan Nelayan Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Minggu.
Adanya upaya pembatasan tersebut, katanya, akan sangat menyengsarakan nelayan di perbatasan, akibat sulitnya mendapatkan BBM selama ini.
Menurut dia, saat ini pun BBM di Kabupaten Nunukan masih sering langka, apalagi dibatasi.
"Jangankan dibatasi, selama ini saja masih sering tidak dapat jatah. Jadi bagaimana kalau benar-benar pemerintah membatasinya. Mungkin kita tidak bisa melaut lagi," katanya.
Masita menyatakan, nelayan di Kabupaten Nunukan selama ini seringkali mengeluh akibat sulitnya mendapatkan BBM. Setiap kali melaut untuk mencari ikan, nelayan membutuhkan sekitar 50 liter bensin.
Karena nelayan di Perkampungan Nelayan di Mansapa beraktivitas ganda sebagai petani rumput laut, tentunya membutuhkan BBM yang cukup besar.
"Minyak yang dibutuhkan untuk rumput laut, dalam jangka waktu satu kali panen sekitar 30 liter," katanya.
Ketua RT 08 Perkampungan Nelayan Kelurahan Mansapa, Muhammad Ali, membenarkan sulitnya BBM bagi warga nelayan selama ini karena distribusi BBM di Kabupaten Nunukan kurang lancar.
Jadi, katanya, apabila pemerintah kembali berencana akan mengurangi kuota BBM bersubsidi, maka akan semakin menyusahkan masyarakat khususnya nelayan di wilayah perbatasan dengan Malaysia itu.
Tidak melaut
Sejumlah nelayan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, yang berbatasan dengan Malaysia, mengaku masih kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) sehingga sebagian memilih untuk tidak melaut.
"Banyak nelayan seringkali tidak melaut mencari ikan karena sulitnya mendapatkan BBM tersebut. Kabarnya, stok BBM yang masuk di Kabupaten Nunukan minim," kata Masita, warga nelayan di Perkampungan Nelayan Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan.
Menurut dia, apabila tidak mendapatkan BBM di APMS (Agen Penampungan Minyak Subsidi), nelayan terpaksa membeli melalui pengecer dengan harga sebesar Rp10.000 per liternya.
Ia menambahkan, langkanya BBM bersubsidi di Kabupaten Nunukan, perlu mendapat perhatian pemerintah, dengan memberikan prioritas kepada warga nelayan untuk mendapatkan BBM bersubsidi. (*)
Nelayan Minta Kebijakan BBM Pertimbangkan Kondisi Perbatasan
Minggu, 29 April 2012 14:54 WIB