Samarinda (ANTARA) - Nilai investasi yang masuk ke Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan I-2019 tercapai 25,42 persen, yakni dari target yang ditetapkan sebesar 36,35 triliun hingga akhir 2019, namun sudah tercapai Rp9,24 triliun sehingga diyakini target itu akan tercapai.
"Mengingat perekonomian Kaltim yang terus tumbuh positif, tentu kami optimistis target tersebut akan tercapai, bahkan bisa terlampaui," ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kaltim Abdullah Sani di Samarinda, Sabtu.
Menurutnya, realisasi investasi yang mencapai Rp9,24 triliun itu terdiri atas realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp7,16 triliun dengan 257 proyek yang dikerjakan, kemudian realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) 138,52 juta dolar AS atau sebesar Rp2,08 triliun dengan 170 proyek yang masuk.
Capaian realisasi investasi pada triwulan I-2019 ini lebih tinggi 93,71 persen (year on year) jika dibandingkan dengan triwulan I tahun sebelumnya.
Realisasi investasi tahun ini, laanjutnya, berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan I-2019 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,36 persen, lebih tinggi ketimbang triwulan yang sama tahun 2018 (yoy) yang hanya tumbuh 1,77 persen.
Ia juga mengatakan bahwa Bank Indonesia Provinsi Kaltim memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada 2019 akan lebih tinggi pada kisaran 2,8 persen plus minus 1 persen, sehingga pihaknya optimis investasinya juga akan terus bertambah.
"Optimisme perekonomian Kaltim yang terus tumbuh ditambah dengan kondusifitas daerah yang terjaga, tentu akan mempengaruhi pertumbuhan investasi sehingga pencapaian target realisasi investasi yang sebesar Rp36,35 triliun, diprediksi akan tercapai bahkan bisa melampaui," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa nilai investasi triwulan I-2019 merupakan realisasi investasi langsung yang dilakukan selama 3 bulan berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) perusahaan PMA dan PMDN yang diinput secara daring (online).
"Nilai investasi yang dihitung berdasarkan LKPM daring berasal dari perusahaan PMA dan PMDN di luar investasi migas, perbankan, lembaga keuangan nonbank, asuransi, sewa guna usaha, dan dari industri rumah tangga," ucap Sani.