Bontang, Kaltim (ANTARA) - Wali Kota Bontang, Kalimantan Timur, Neni Moerniaeni mengajak warga lokal turut bersaing dalam investasi di berbagai usaha yang diminati, untuk meningkatkan perekonomian sekaligus mengurangi jumlah pengangguran di kota yang berdiri pada 12 Oktober 1999 tersebut.
"Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Bontang mencapai 7,41 persen, sehingga ini menjadi prioritas kami dalam menurunkan angka kemiskinan. Sumber daya manusia (SDM) lokal bisa berperan dalam menurunkan TPT, salah satunya dengan ikut berinvestasi," kata Neni di Bontang, Kamis.
Sementara capaian investasi di kota "Taman," ini tergolong tinggi pada 2024, yakni berdasarkan catatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) setempat mencapai Rp2,7 triliun, meningkat 12,97 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menurut dia, upaya mengatasi pengangguran telah dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rekrutmen dan Penempatan Tenaga Kerja, yakni mewajibkan perusahaan di Bontang mempekerjakan 75 persen tenaga kerja lokal.
Namun demikian, implementasi di lapangan masih menghadapi kendala, terutama pada kesiapan tenaga kerja lokal sendiri karena posisi kerja yang membutuhkan keahlian khusus, belum banyak dimiliki oleh tenaga kerja lokal, sehingga perusahaan tetap merekrut tenaga dari luar.
Untuk itu, jika ada SDM lokal yang turut serta berinvestasi baik di bidang kelautan, pariwisata, industri kimia dasar dan lainnya, tentu mereka akan mengutamakan pelatihan bagi warga lokal agar terampil untuk direkrut sebagai tenaga kerja, sehingga jumlah pengangguran dapat berkurang.
Sedangkan kondisi saat ini, investasi besar di Bontang banyak bergerak di sektor industri kimia seperti pembangunan pabrik soda ash, yang membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus.
Investasi di Bontang tahun 2024 yang total Rp2,7 triliun itu didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai investasi Rp2,5 triliun, sedangkan dari Penanaman Modal Asing (PMA) hanya menyumbang Rp200 miliar.
Sektor industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi menjadi kontributor utama dengan nilai investasi Rp2,1 triliun, kemudian usaha jasa lainnya Rp140 miliar, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp77,6 miliar, perdagangan dan reparasi Rp49,5 miliar, konstruksi senilai Rp44,4 miliar.
"Data menunjukkan investasi senilai Rp2,7 triliun hanya menyerap 512 tenaga kerja lokal, dengan rincian 475 pekerja dari PMDN dan 37 pekerja dari PMA. Investasi besar, tapi serapan tenaga kerja tidak signifikan. Ini jadi tantangan yang harus kita pecahkan bersama," ucap Neni.