Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Bupati Kutai Kartanegara RitaWidyasari membesuk Humaida, 46 tahun, pasien asal Kabupaten Paser, KalimantanTimur yang kini dirawat di RS AWS Sjahranie Samarinda, setelah lima tahun komapascamelahirkan anak kelimanya pada 2011.
"Kalau sayalihat, penyakit yang diderita Bu Humaida ini mirip dengan penyakit almarhumBapak saya yakni kekurangan oksigen ke kepala," ujar Rita ditemui setelahmembesuk Humaida di Rumah Sakit AWS Sjaranie Samarinda, Selasa.
Sebagaiperempuan, ia mengaku haru terhadap derita yang dialami oleh Humaida karenakoma tersebut muncul setelah melahirkan anak. Ini menggambarkan bahwaperjuangan seorang ibu ketika melahirkan anaknya sangat luar biasa.
Ia berdoa agarpenyakit Humaida lekas sembuh. Harapan lainnya adalah agar bukan pihaknya sajayang membantu meringankan beban dan pengobatan untuk Humaida, tetapi ada pihaklain yang turut membantu sehingga penderitaan Humaida dan keluarga bisaberkurang.
"Sayamendapat informasi bahwa suami Bu Humaida, yakni Pak Ahmad Muntolib, sudahmenjual berbagai harta yang dimiliki dalam usaha pengobatan istrinya sejak limatahun lalu. Hal ini tentu bebannya semakin berat sehingga saya berharap adapihak lain yang turut membantu," ujarnya.
Satu hal yang sempatmembuat Rita kaget adalah ketika ia mendengar khabar bahwa Muntholib akanmengajukan permintaan kepada Mahkama Agung agar mengeluarkan fatwa suntik matibagi istrinya sebagai jalan terakhir jika tidak mendapat keadilan dan bantuanuntuk kesembuhan istrinya.
"Iniakibat suami yang saking frustasinya dan tidak tega melihat penderitaanistrinya. Semoga Bu Humaida bisa sembuh berkat doa kita semua. Tidak ada yangtidak mungkin bagi Allah, semua kita kembalikan kepada Allah," katanya.
Hingga kini,kondisi Humaida cukup memprihatinkan selama dirawat di Rumah Sakit Umum DaerahPanglima Sebaya, Tana Grogot, Kabupaten Paser, hingga saat ini dipindah ke RSAWS Sjaranie. Ia hanya diam tanpa ekspresi ketika diajak komunikasi.
Gerakan yangbisa dilakukan Humaida hanyalah mata memandang kosong bila sedang terjaga.Wajahnya tanpa ada ekspresi meski ada orang yang mengajaknya bicara. *