"Aksi membersihkan Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda yang kami lakukan ini masih dalam rangkaian memperingati Hari Air Sedunia pada 22 Maret," ujar Ketua Kophi Kaltim Maulana Yudhistira, di Samarinda, Sabtu.
Sejumlah organisasi yang tergabung dalam Kophi Kaltim dan turut memungut sampah sore ini adalah Klinik Jalanan, Samarinda Vidgram, EH Samarinda, Sobat Bumi, HGC Samarinda, Himateli, BEM KM Universitas Mulawarman (Unmul), KSE Unmul.
Kemudian CISC Samarinda, BEM Kesmas Unmul, BEM Politani, LEM Sylva Unmul, Himagrikom Unmul, LEPAS FISIP Unmul, Educo, Yicam Samarinda, Himasta, Jelajah, dan Jejak Budaya.
Terdapat sekitar 60 orang yang membersihkan SKM Sabtu sore ini. Mereka merupakan perwakilan dari berbagai organisasi yang tergabung di Kophi Kaltim.
Menurut Maulana, gerakan membersihkan SKM dan memungut sampah baik yang ada di tengah sungai, pinggir, maupun yang berserakan di bibir sungai, merupakan upaya mendidik warga agar tidak membiasakan membuang sampah sembarangan, apalagi kondisi SKM saat ini sangat tercemar.
"SKM melintas di Kecamatan Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Samarinda Ulu, Sungai Pinang, dan Kecamatan Samarinda Utara secara jelas tercantum dalam Perda RTRW Kota Samarinda," katanya.
Sebagai wilayah sungai, lanjutnya, berarti SKM merupakan salah satu wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih aliran yang luasnya kurang dari 2.000 km2.
Namun sayang, katanya, SKM yang menjadi kebanggaan dan icon Kota "Tepian" Samarinda ini telah rusak, baik rusak karena sedimentasi, banyaknya sampah yang dibuang ke sungai, maupun rusak sampai ke aroma yang tidak sedap.
Menurutnya, kerusakan di SKM juga merusak budaya Samarinda, terutama bagi anak-anak yang dulunya mandi dan bermain di sungai, namun sekarang pemandangan itu hampir tidak ada, hanya di titik tertentu yang masih dijadikan tempat terbuka bagi anak-anak.
Sementara Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Samarinda mengatakan, dalam kasus pencemaran sungai dan rusaknya SKM, tidak perlu saling tuding siapa yang harus bertanggungjawab karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah.
"Cara yang benar adalah mari kita sama-sama bersihkan SKM, sedangkan bagi pembuang sampah, tindakan itu jelas salah, jadi sudahi membuang sampah ke SKM, kesalahan ini jangan diteruskan. Siapapun yang hidup di Samarinda harus sama-sama menjaga dan merawat SKM," kata Misman. (*)