Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur mengintegrasikan penanganan bencana melalui pembentukan klaster logistik, untuk menjamin kelancaran distribusi bantuan dan sumber daya dalam operasi kemanusiaan selama masa tanggap darurat.
Klaster logistik ini bukan hanya struktur organisasi, tetapi juga menjadi ruang koordinasi antar-unsur mulai pemerintah, swasta, lembaga kemanusiaan, hingga masyarakat, guna memastikan semua proses mulai dari pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi bantuan berjalan efektif.
"Klaster Logistik Penanggulangan Bencana merupakan hal baru di Kukar. Bahkan Kukar menjadi pionir dalam pembentukan kluster logistik penanggulangan bencana di Kalimantan Timur, karena sepengetahuan kami, belum ada kabupaten/kota lain yang melakukan ini," ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Kukar Sunggono di Tenggarong, Sabtu.
Selama ini, kata dia, Kukar tergolong rentan berbagai bencana, baik banjir maupun tanah longsor, karena daerah itu berbukit. Dengan adanya kluster logistik maka koordinasi bisa lebih efektif agar semua pihak yang terlibat penanganan bencana bisa lebih responsif terhadap kondisi di lapangan.
Saat memimpin simulasi Klaster Logistik Penanggulangan Bencana di Halaman Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kukar, Kamis (18/9), ia mengatakan, pembentukan klaster ini upaya strategis dalam penanganan bencana sehingga tidak berjalan secara parsial.
Ia mengajak semua instansi terkait untuk terintegrasi dalam satu wadah dengan landasan hukum, struktur organisasi, rencana kerja, hingga standar operasional prosedur (SOP) yang jelas.
Klaster logistik ini bukan sekadar nama, akan tetapi menjadi infrastruktur yang terbangun dengan struktur jelas, sehingga setiap kejadian bencana bisa ditangani lebih cepat dan terorganisasi.
Ia meningkatkan BPBD Kukar bersama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain dan pihak terkait, memastikan adanya SOP yang akan menggambarkan siapa berbuat apa, agar koordinasi lebih efektif dan efisien.
Kepala BPBD Kukar Setianto Nugroho Aji mengatakan simulasi distribusi bantuan menjadi ujian awal klaster tersebut, karena selama ini masing-masing OPD maupun relawan sering bergerak sendiri-sendiri saat memberikan bantuan sehingga kurang efektif.
"Terdapat 14 instansi yang bergabung dalam klaster ini, mulai Dinas Pertanian, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas PUPR, hingga relawan maupun lembaga. Semua dilibatkan agar kebutuhan korban bencana, baik pangan, air bersih, maupun fasilitas dasar sementara, bisa terpenuhi," kata dia.
