Samarinda (ANTARA Kaltim) - Seorang warga menyerahkan satu individu orangutan ke Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Kepala Seksi Pengelolaan TNK Wilayah 1 Sangatta, Hernowo Supriyanto, dihubungi dari Samarinda, Kamis mengatakan, "pongo pygmeaus morio" atau Orangutan Kalimantan itu, diserahkan seorang warga Desa Sepati Selatan, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, masih dalam kondisi terikat dan terluka itu pada Rabu (14/5).
"Kemarin (Rabu), kami menerima satu individu orangutan dari seorang pekerja sawit di Bengalon. Kondisi orangutan itu sangat lemah dan hampir mati, kaki dan tangan terikat, mulutnya robek, gigi dan gusinya hancur serta terdapat beberapa luka seperti luka bacok," ungkap Hernowo Supriyanto.
Melihat kondisi orangutan tersebut, Balai TNK kata Hernowo Supriyanto segera berkoordinasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim.
"Pada Rabu malam, tim Centre for Orangutan Protection (COP) datang kemudian membius dan mengobati luka orangutan tersebut. Jika melihat kondisinya, diduga orangutan tersebut dianiaya," katanya.
"Kami berharap, pihak berwenang dalam hal ini Polres Kutai Timur dan Polsek Bengalon bisa menindaklanjuti temuan orangutan terluka ini," ungkap Hernowo Supriyanto.
Sementara, warga yang menyerahkan orangutan terluka itu, Badrul Arifin, mengaku, menemukan primata langka dan dilindungi itu sudah dalam kondisi terluka dan terikat.
"Awalnya, saya bingung mau bawa kemana sebab di Kutai Timur tidak ada kebun binatang. Namun yang saya tahu, ada TNK sehingga saya bawa ke Pos Sangkima. Wajar kalau warga marah sebab selama ini orangutan sering masuk ke kebun warga dan saya sempat mengingatkan warga agar tidak membunuhnya karena hewan itu dilundungi," kata Badrul Arifin.
Selama ini kata warga tadi, kerap terlihat orangutan memasuki kebun warga, akibat tergerusnya habitat mereka oleh aktivtas perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara.
"Mereka (orangutan) hanya mencari makan dan kerap terlihat pada pagi dan sore hari. Kadang, orangutan itu juga terlihat di sungai dan hutan. Warga banyak yang tidak tahu kalau orangutan itu dilindungi bahkan menganggapnya sebagai hama karena kerap mengganngu kebun mereka," ungkap Badrul Arifin. (*)