Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir mengarahkan sistem perekonomian dan keuangan yang berbasis syariah dapat populer di dalam negeri dan penyebarannya secara global.
"Sistem keuangan syariah ini tidak cukup dilakukan di dalam negeri, tetapi juga harus menjadi sebuah produk global," kata Erick usai terpilih kembali menjadi Ketua Umum MES pada Musyawarah Nasional VI di Jakarta, Minggu.
Erick menjelaskan bahwa upaya untuk menyebarkan sistem keuangan dan perekonomian syariah melalui penguatan Bank Syariah yang di Indonesia.
Ia menyebut Bank Syariah Indonesia (BSI) telah masuk menjadi salah satu dalam 12 bank syariah terbesar di dunia.
Untuk itu, Erick terus mendorong tumbuhnya bank syariah menjadi lebih besar sekaligus melahirkan bank-bank syariah yang baru di Indonesia.
Upaya lainnya, lanjut dia, melalui pembangunan rumah syariah sebagai wadah menyusun tim, program, dan sistem berdasarkan database. Dengan demikian, harapannya dapat membuat kebijakan yang tepat sasaran.
Menurut dia, MES seyogianya hadir sebagai menjadi sebuah pressure group untuk mendorong pemerintah memiliki fokus yang sama dalam meningkatkan perekonomian syariah.
"Karena tidak mungkin kita bicara percepatan kebijakan, percepatan perubahan, tetapi kalau kita lihat sistem daripada ekonomi syariah yang ditawarkan tidak mendapat dukungan besar dari pemerintah. Artinya perlu ada intervensi," ujarnya.
Lebih lanjut Erick menyampaikan program untuk meningkatkan dan memperluas akses kepemilikan rumah bagi guru, pengajar, perawat, dan golongan masyarakat kurang mampu lainnya.
Ia berharap MES dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadirkan sekitar 12,7 juta rumah bagi masyarakat.
Selanjutnya, kerja sama dengan pengusaha di daerah meliputi akses pendanaan, kesempatan, dan pembangunan sistem berbasis syariah.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, kata dia, harus berdampak pada pengurangan kesenjangan ekonomi antara yang punya dan yang tidak punya.
Menurut dia, penguatan ekonomi syariah akan mengurai kesenjangan ekonomi di Indonesia.
"Tentu ini bukan hanya jargon-jargon, melainkan harus memiliki tolak ukur yang jelas. Saya akan memimpin langsung percepatan ini," katanya.