Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sekitar 150 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK di Samarinda dan Kutai Kartanegara mengikuti pelatihan atau Workshop Origami dan Kokoru agar mampu menularkan kemampuannya kepada siswa didik guna meningkatkan kecerdasan anak.
"Di Jepang, permainan untuk mencerdaskan anak melalui Origami dan Kokoru sudah berlangsung sejak berabad-abad, tetapi di Indonsia masih tergolong baru dan banyak yang belum mengenal," ujar Anni Juwariyah, Ketua Forum PAUD Provinsi Kaltim, saat menjadi pembicara dalam workshop itu di Dinas Pendidikan Kaltim di Samarinda, Jumat.
Menurutnya, banyak manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran menggunakan origami dan kokoru sebagai media belajar, seperti dapat dijadikan sebagai alat peraga edukatif di sekolah-sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar, terutama bagi siswa PAUD.
Origami adalah sebuah keterampilan melipat kertas untuk membuat aneka jenis benda dan binatang, seperti kupu-kupu, burung, kelinci, dan aneka bentuk lain sehingga mampu melatih anak untuk terampil.
Sedangkan kokoru adalah salah satu jenis kertas bergelombang dan beraneka warna yang dapat dibuat berbagai bentuk, seperti membuat boneka, bunga, frame, dan lainnya.
Kedua permainan yang menyenangkan bagi anak tersebut bisa mengembangkan otak kanan karena anak akan dilatih berfikir dan kreatif untuk membentuk aneka barang dan bintang kesuakaan anak.
Melalui permainan itu, lanjut Anni, motorik anak juga akan terampil karena akan diajari bagaiman tangan mereka bisa terampil, selanjutnya guru akan mengajak anak untuk membayangkan bintang atau bentuk kesuakaannya yang kemudiaan ditungkan melalui kertas kokoru.
Dalam permainan origami dan kokoru kata dia lagi, dapat juga masuk pelajaran matematika yang tanpa disadari oleh anak, pasalnya dalam teknik keterampilan menggulang, melipat, dan menggunting kertas tersebut, terdapat pula pelajaran membuat bidang datar, cekung, kerucut, dan lainnya.
Saat anak membuat berbagai bidang melalui kertas tersebut, maka guru bisa memasukkan pelajaran matematika, misalnya panjang bidang, luas bidang, kemudian luas bentuk lingkarang yang dibuat anak, sehingga secara perlahan anak mulai mengenal pelajaran matematika melalui permainan yang menyengkan. (*)