Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun tipis di awal perdagangan Asia pada Senin, tapi masih mendekati level tertinggi tiga bulan dan bersiap untuk membukukan kenaikan bulanan terbesar mereka dalam setahun terakhir di tengah ekspektasi bahwa Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga September dan memperketat pasokan global.
Minyak mentah berjangka Brent sedikit melemah 9 sen menjadi diperdagangkan di 84,90 dolar AS per barel pada pukul 00.05 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 17 sen menjadi diperdagangkan di 80,41 dolar AS per barel.
Kontrak Brent September akan berakhir pada Senin malam. Kontrak Oktober yang lebih aktif diperdagangkan di 84,23 dolar AS per barel, merosot 18 sen.
Brent dan WTI pada Jumat (28/7/2023) ditutup di level tertinggi sejak April, naik selama lima minggu berturut-turut, karena pengetatan pasokan minyak secara global dan ekspektasi berakhirnya kenaikan suku bunga AS mendukung harga. Keduanya berada di jalur untuk menutup Juli dengan kenaikan bulanan terbesar sejak Januari 2022.
Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk satu bulan lagi termasuk September, kata para analis.
"Harga minyak naik 18 persen sejak pertengahan Juni karena rekor permintaan tinggi dan pemotongan pasokan Saudi telah mengembalikan defisit, dan karena pasar telah meninggalkan pesimisme pertumbuhannya," kata analis Goldman Sachs dalam catatan 30 Juli.
"Kami masih memperkirakan pemotongan tambahan 1 juta barel per hari di Saudi akan berlangsung hingga September, dan akan berkurang setengahnya mulai Oktober."
Bank mempertahankan perkiraan Brent pada 86 dolar AS per barel untuk Desember dan mengharapkan harga naik menjadi 93 dolar AS pada kuartal kedua tahun 2024.
Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan minyak global naik ke rekor 102,8 juta barel per hari pada Juli dan merevisi naik permintaan 2023 sekitar 550.000 barel per hari karena perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di India dan Amerika Serikat, mengimbangi penurunan konsumsi China.
"Permintaan yang lebih kuat mendorong defisit yang cukup besar pada semester kedua 2023 dari yang diperkirakan, rata-rata 1,8 juta barel per hari, dan defisit 0,6 juta barel per hari pada 2024," katanya.
CEO Exxon Mobil Darren Woods mengatakan perusahaan memperkirakan rekor permintaan minyak tahun ini dan tahun depan, dan ini dapat membantu meningkatkan harga energi di paruh kedua tahun ini.
Di AS, perusahaan-perusahaan energi pada Juli memangkas jumlah rig minyak selama delapan bulan berturut-turut sebanyak satu menjadi 529, kata Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat (28/7/2023).