Jakarta (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menyebutkan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Wehea-Kelay yang membentang di Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, memiliki beragam tumbuhan yang berpotensi untuk pengembangan obat modern yang ramah lingkungan.
Manajer Program Terestrial YKAN Edy Sudiyono mengatakan pihaknya bersama Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman berhasil menemukan tumbuhan-tumbuhan obat usai mengamati kebiasaan makan orang utan di kawasan hutan tersebut.
"Saat ini kami membuat plot teknologi pengamatan tumbuhan obat dari pakan orang utan. Para petugas di lapangan mendata waktu tumbuhan itu bersemi, berbunga, hingga berbuah," ujarnya saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
KEE Wehea-Kelay membentang seluas 532.143 hektare yang menjadi rumah bagi 1.282 orang utan. Hutan itu menyimpan sumber daya berupa 813 jenis tumbuhan dan 577 jenis satwa liar.
"Orang utan tercatat mengonsumsi 227 jenis tumbuhan yang ada di bentang alam Wehea-Kelay," katanya.
Edy menuturkan ada 120 sampel tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber obat modern dan sumber nutrisi bagi manusia.
Dari sampel 120 jenis tumbuhan itu terdapat 64 tumbuhan yang memiliki nilai etnobotani (tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat) dan 59 jenis pakan orang utan.
Kemudian ada 30 jenis tumbuhan yang dipilih dengan kriteria berupa etnobotani dan data bioaktivasi, relatif mudah ditemukan, tumbuh cepat, serta tidak terancam punah.
"Dari 120 sampel itu ada 30 jenis tumbuhan yang dipilih, kemudian hasilnya ada 11 jenis tumbuhan terpilih berdasarkan kandungan fitokima, fenolik, dan flavonoid, serta potensi antidiabetes, sitotoksisitas, dan antikanker," kata Edy.
Peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Irawan Wijaya Kusuma mengatakan dari 11 jenis tumbuhan yang dipilih itu, di antaranya Myrtaceae dan Euphorbiaceae yang memiliki potensi antioksidan dan antimikroba yang sangat baik.
Kemudian, ada pula Macaranga conifera yang memiliki kemampuan menangkal radikal bebas hingga 94 persen. Jenis tumbuhan itu punya kemampuan yang sama baiknya dengan antioksidan komersial pada konsentrasi hal uji yang sama.
"Secara umum Macaranga conifera digunakan sebagai obat tradisional, antara lain sebagai obat demam, batuk, antiperadangan, obat diare, dan sariawan," kata Irawan.
Ia menjelaskan ekstrak daun Macaranga conifera kaya senyawa fenolik, termasuk flavonoid, salah satu kelas fitokimia yang secara umum memiliki potensi farmakologi yang sangat baik.
Ekstrak tumbuhan itu juga menunjukkan kemampuan sitotoksisitas yang baik terhadap lima sel kanker, yaitu kanker hati, kanker usus besar, neuroblastoma, kanker payudara, dan kanker mulut rahim.
Bahkan, ekstrak Macaranga conifera juga menunjukkan kemampuan yang sangat baik sebagai pencerah kulit melalui kemampuan penghambat pada pembentukan melanin dan potensi antidiabetes melalui penghambatan pada enzim pemicu diabetes 5-alpa glucosidae.
"Berdasarkan hasil ekstrak, kami melihat Macaranga conifera yang menjadi pakan orang utan memiliki potensi yang sangat menjanjikan," kata Irawan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hutan Wehea-Kelay simpan potensi untuk pengembangan obat modern