HASIL kreativitas dari limbah non organik tersusun rapi di Rumah Kreatif Balikpapan (RKB) dan menggoda orang yang melihatnya untuk memegang.
Bila melihat sepintas hasil kreasi berupa tas, gantungan kunci, baju boneka, tempat komputer jinjing dan lain-lain, orang akan sulit percaya jika karya indah tersebut berasal dari bahan dasar plastik bekas yang merupakan limbah non organik.
Selain itu, limbah non organik itu dikerjakan oleh tangan-tangan terampil kaum difabel atau penyandang disabilitas yang berada di area operasi perusahaan minyak dan gas (migas) Chevron yang mengembangkan RKB.
RKB sebagai wahana pengembangan ekonomi kreatif beralamat di Jalan Wiluyo Puspoyudo No. 1, Klandasan Ulu adalah tempat dilakukan upaya-upaya kreatif yang ramah lingkungan binaan Chevron KLO dalam Pengembangan Ekonomi Hijau.
Chevron dalam Corporate Social Responsibility (CSR) atau Comdev mendukung program-program pemerintah ang dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar area operasi.
Supriatin yang akrab dipanggil Atin, warga Pandan Sari, Balikpapan mengalami cacat fisik karena kaki kanannya diamputasi, disebabkan kecelakaan pada tahun 2002, merasa bersyukur dapat bergabung di RKB.
"Saya mendapat bersyukur mendapat pelatihan daur ulang dari plastik-plastik sejak tiga bulan lalu. Diajak ke RKB sama teman-teman di komunitas disabilitas," kata Atin.
Kini dia sudah dapat membuat keterampilan dengan menggunakan plastik-plastik daur ulang yang merupakan limbah non-organik dari rumah tangga.
Atin bersama delapan orang temannya yang juga kaum difabel melakukan kegiatan rutinnya di RKB mulai pukul 10.00-17.00 Wita.
Barang-barang hasil keterampilan dari sampah non-organik tersebut menghasilkan nilai ekonomi.
Misalnya satu tas seharga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu, dompet seharga Rp75 ribu hingga Rp100 ribu, bros dan gantungan kunci harganya Rp15 ribu.
Bahkan hasil kerajinan limbah non-organik para kaum penyandang disabilitas sudah mengikuti pameran baik di lingkungan Chevron, Pemkot Balikpapan bahkan sampai ke Jakarta bekerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Balikpapan.
"Sebenarnya bukan soal uang yang dihasilkan dari mengolah daur ulang dari sampah non-organik ini, tapi dengan diberikannya kesempatan pelatihan kepada saya yang cacat oleh Chevron di RKB," kata Atin dengan mata berkaca-kaca.
Selain mereka diberikannya kesempatan dapat bergabung dengan RKB,
dan diberikan pelatihan keterampilan serta diberi pendidikan Bahasa Inggris.
"Seminggu dua kali belajar Bahasa Inggris pada hari Selasa dan Kamis, dimana tiap kali pertemuan waktunya satu jam. Lumayan kita belajar, karena kebanyakan tamu yang berkunjung di RKB adalah ekspatriat dan kita dapat berkomunikasi," kata Atin.
Selain Atin, kaum difabel yang masuk RKB adalah Agus yang berhasil membuat batik motif Balikpapan yang terkenal dengan nama Jajaran Buah Mangrove. Pewarnaan dari batik yang dibuatnya menggunakan pewarna ramah lingkungan dengan limbah buah mangrove.
"Filosofi motif Jajaran Buah Mangrove adalah gambaran masyarakat Balikpapan yang heterogen dari suku yang berbeda, dimana masyarakat pesisir digambarkan buah mangrove, pohon karangmunting melambangkan kota dan sulur melambangkan suku Dayak," kata Agus.
Batik motif tersebut saat ini sudah menjadi baju resmi para pimpinan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Balikpapan dan menjadi icon batik Balikpapan.
"Motif Jajaran Buah Mangrove mengantarkan saya menjadi juara tiga pada tahun 2012, pada lomba batik Balikpapan yang diselenggarakan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop)," kata Agus, mengalami kecacatan karena polio pada kaki kiri.
Bukan hanya motif Jajaran Buah Mangrove yang telah dibuat oleh Agus ada juga motif Mangrove, Pasak Bumi, Akar dan Daun Ulin.
Hasilnya membuat takjub beberapa pejabat negara yang sudah melihat pameran diantaranya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop dan UKM), Syarif Hasan.
"Saya terus terang terbantu dengan adanya RKB, dulu saya pesimis dan tidak yakin akan dapat bantuan untuk kaum difabel dari perusahaan, apalagi saat itu saya tidak punya pekerjaan," kata Agus.
Saat ini, Agus sudah banyak menerima orderan kain batik misalnya untuk pekerja di rig Chevron yang mengorder batik tulis motif Rig sebanyak 1.200 lembar untuk seragam.
Kelompok rentan
Sementara itu, Community Engagement (CE) Specialist Chevron, Etty Nuzuliyanti mengatakan bahwa pihaknya merangkul penyandang disabilitas karena merupakan kelompok yang rentan.
"Mereka adalah kelompok rentan yang jarang diperhatikan orang, maka perusahaan merangkul dan diberdayakan di RKB," kata Etty.
RKB juga memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya warga binaan. Keberadaannya bertujuan meningkatkan kapasitas penyandang disabilitas dan ibu-ibu rumah tangga, katanya.
Program yang dilaksanakan Chevron di daerah operasionalnya sudah sesuai dengan tujuh prinsip pengelolaan CSR yakni bertanggung jawab, transparansi, beretika atau beradab, hormat terhadap kepentingan pemegang saham, taat hukum, berkelakuan sesuai normal internasional dan Hak Azasi Manusia (HAM).
"Tahun ini kita sudah menyiapkan tim pendampingan untuk memberi bimbingan terkait kualitas modal, pemasaran sampai manajemen yang berorientasi profit serta kuantitas di RKB," kata Etty.
Penyandang disabilitas punya hak yang sama dengan manusia normal lainnya, termasuk hak keterlibatan dalam pembangunan. Langkah konkret yang sudah dilakukan Chevron adalah penguatan kelompok dan penyadartahuan pada masyarakat bahwa tidak ada perbedaan atau diskriminasi antara penyandang disabilitas dengan masyarakat.
Sementara itu, realisasi CSR pada tahun 2012 berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) sebesar Rp399.026.224.906 atau sekitar 82,97 persen dari anggaran Rp448.876.336.000.
Sedangkan program CSR/Program Kemasyarakatan Pendukung Operasi (PKPO) Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas wilayah Kalimantan Timur pada 2013.
Untuk bidang pendidikan sebesar 664.282 dolar AS, kesehatan sebesar 543.916 dolar AS, ekonomi sebesar 837.187 dolar AS, lingkungan sebesar 519.427 dolar AS, infrastruktur sebesar 986.759 dolar AS dan jumlah seluruhnya 3.551.570 dolar AS.
Diberi "kail pancing"
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan, Bidang Kesejahteraan, Eka Citra Devi mengatakan mendukung adanya program CSR yang dilakukan perusahaan Chevron dalam merangkul penyandang disabilitas, berarti turut melakukan pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian.
"Di sini mereka juga masih memiliki kegunaan, dan sebenarnya penyandang disabilitas tidak mau diperlakukan istimewa dan ingin dianggap sama dengan manusia pada umumnya," kata Eka Citra.
Legislatif mendukung langkah Chevron dalam program CSR yang memberdayakan penyandang disabilitas. Selama kaum difabel melakukannya dengan senang dan tidak terbebani mereka, katanya.
"Harapan saya perusahaan migas yang lain juga dapat mengikuti langkah yang dilakukan Chevron artinya CSR itu bukan memberikan langsung ikannya tapi memberikan `kail pancing' jadi pemberdayaannya dapat berjalan terus menerus bukan sekali saja," kata Eka Citra.
Program CSR bukan hanya dinikmati sekali, kemudian besok mencari bantuan lagi.
"Seperti saat ini para penyandang disabilitas diberikan `kail pancing` maka dapat mandiri meskipun masih diberikan pendampingan untuk melengkapi kebutuhan," katanya. (*)
"Kail Pancing" CSR Migas Rangkul Penyandang Disabilitas
Senin, 9 Desember 2013 9:08 WIB