Paser (ANTARA) - Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah Trigona binaan Taman Hutan Raya (Tahura) Lati Petangis, Kabupaten Paser, Kaltim, melakukan budidaya batik ecoprint, yang metode pembuatannya memanfaatkan pewarna alami dari zat warna daun.
"Budidaya batik ecoprint masih terbilang baru dan tidak terlalu susah proses pembuatannya," kata Ketua KWT Berkah Trigona, Naniah di Tanah Grogot, Sabtu.
Dia mengatakan, dalam proses pembuatannya, selain dari zat warna daun sebagai pewarna, juga digunakan akar atau batang, yang kemudian diletakkan pada sebuah kain hingga membentuk motif pada kain yang direbus.
"Untuk bahan tidak terlalu sulit karena bahan dedaunan maupun akar ada di sekitar kita, " ujarnya.
Dikatakannya, bahan yang digunakan seperti daun jati, daun kelikir, daun pakis, daun sungkai, kelor, dan gelinggang yang tumbuh liar di hutan.
Untuk harga parkain bermotif ecoprint harganya bisa mencapai Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Namun, produk batik ini belum bisa dipasarkan.
"Batik ini belum dipasarkan karena terbilang masih baru. Untuk sementara dipakai anggota KWT sambil dipromosikan," Katanya.
Diakui Naniah, untuk mengembangkan produk ini butuh modal terutama untuk membeli kain dan plastik untuk menggulung kainnya.
"Semoga ke depannya nanti ada bantuan untuk bisa melakukan pengembangan produk batik bermotif ecoprint ini," tuturnya.