Samarinda (ANTARA Kaltim) - Warga Samarinda, Kalimantan Timur, mulai mengeluhkan terputusnya aliran listrik di daerah itu yang berlangsung secara tiba-tiba, tanpa ada pemberitahuan dari PLN.
"Malam ini (Rabu) saja, sudah tiga kali aliran listrik padam. Kami tidak tahu apa penyebabnya, tiba-tiba padam kemudian menyala lagi lantas terputus lagi," ungkap seorang warga Samarinda, Ardi, Rabu (19/6) malam.
Putusnya aliran listrik di hampir semua wilayah Kota Samarinda itu, kata warga tersebut, sudah berlangsung selama tiga hari terakhir.
Bahkan, lanjut warga tadi, pada Selasa (18/6), aliran listrik terputus selama lebih 20 jam dan pada Sabtu hingga Minggu listrik padam selama lebih 12 jam.
"Selama tiga hari terakhir, kondisi arus listrik tidak normal dan situasi ini sangat rentan menyebabkan terjadinya kerusakan barang-barang elektronik. Belum lagi kemungkinan kami harus membayar biaya beban listrik yang lebih tinggi karena akibat seringnya terputus aliran itu menyebabkan beban pemakaian tinggi," kata Ardi.
Dampak lain yang dirasakan warga akibat kerap terputusnya aliran listrik tersebut yakni rentannya terjadi kebakaran.
Seperti pada Rabu (18/6) malam, sebuah rumah ludes dan satu mobil hangus terbakar di Jalan Juanda, Kecamatan Samarinda Ulu.
Sejumlah saksi mata yang ditemui di lokasi kebakaran mengatakan, kebakaran diduga terjadi akibat pemilik rumah menyalakan genset saat aliran listrik padam.
Namun ketika listrik menyala, kata saksi mata lainnya, pemilik rumah lupa mematikan genset tersebut sehingga dua arus bertemu yang mengakibatkan terjadinya kebakaran.
"Kami khawatir, jika arus listrik tidak normal maka akan sangat rentan menimbulkan kebakaran apalagi pada malam hari sehingga warga yang tidak memiliki genset terpaksa menggunakan lilin sebagai alat penerang yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kebakaran," ungkap warga lainnya, Desy.
Sebelumnya, pengamat Ekonomi dari Univesitas Mulawarman Samarinda Aji Sofyan mengatakan, terputusnya aliran listrik itu tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial.
Menurut Aji Sofyan, dampak sosial yang ril dan terlihat setiap kali arus listrik padam dalam durasi waktu yang panjang kerap terjadi kebakaran.
"Pasti ada efek apakah lilin ada korelasi antara lampu yang mati dengan gangguan. Persoalan kebakaran itu merupakan dampak dari sisi sosial atas terputusnya aliran listrik tersebut," ungkap Aji Sofyan.
Namun, Aji Sofyan mengaku belum melihat padamnya aliran listrik di Sistem Mahakam yang mensuplai kebutuhan listrik untuk tiga kota di Kaltim yakni, Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam periode panjang.
"Walaupun ada pemadaman dalam durasi waktu yang panjang, namun dari kacamata saya, padamnya aliran listrik ini masih bersifat insidentil dan belum dikategorikan dapat mengancam roda perekonomian secara sistemik dalam konteks ekonomi daerah," katanya.
"Kecuali, padamnya listrik itu berlangsung selama satu minggu berturut-turu yakni mulai Senin hingga Sabtu maka hal itu tentunya dapat menimbulkan dampak luar biasa dan akan terjadi kelumpuhan di sektor industri, Padamnya aliran listrik yang terjadi di Samarinda selama beberapa hari terakhir lebih terlihat dampaknya pada sisi sosial dan belum pada aspek ekonomi secara luas," kata Sji Sofyan.
Sektor UMKM sebagai elemen yang paling merasakan dampak terputusnya aliran listrik tersebut sebab menyebabkan resistensi oleh tingginya biaya produksi.
Beban produksi sektor UMKM yang memiliki genset lanjut dia akan meningkat akibat harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bahan banyak minyak (BBM) sementara bagi usaha `home industry` akan mengalami hambatan dalam proses produksi.
Sebelumnyha, General Manager PT PLN Wilayah Kalimantan Timur Nyoman S Astawa di Balikpapan, Selasa (18/6), meminta maaf kepada masyarakat atas terjadinya pemadaman total (blackout) yang tidak direncanakan di Balikpapan, Tenggarong, dan Samarinda, sejak Sabtu (15/6).
Astawa menjelaskan pemadaman yang terjadi di tiga kota yang dilayani jaringan distribusi listrik PLN Sistem Mahakam itu pada Sabtu (15/6) karena sebuah trafo di Gardu Induk Embalut, Tenggarong Seberang, meledak.
Trafo itu, yang memiliki kemampuan menyangga beban hingga 150.000 volt (150 kVa) diyakini mengalami deformasi material, yang kemudian menyebabkan arus pendek (korsletting).
"Ledakan itu sedemikian kuatnya sampai belitan primer di trafo tersebut patah," kata Astawa. (*)